Hary Tanoesoedibjo CEO MNC Group. (Foto: Dok.Okezone)
BERITA BOLA – Hary Tanoesoedibjo CEO MNC Group ternyata
selama ini menyimpan motivasi terpendam bagi kemajuan bangsa Indonesia
di bidang olahraga, terutama sepakbola. Selain mendorong kemauan dan
semangat berwirausaha, HT juga mengaku tergelitik meniru kiat dari
tim-tim sepakbola kelas dunia yang belakangan ini makin banyak
didatangkannya ke Indonesia.
Tak kurang dari klub Valencia (Spanyol, Arsenal dan Chelsea (Inggris) diundang bertanding lawan tim nasional Merah-Putih demi satu tujuan: memajukan dunia persepakbolaan kita yang sering kalah bertanding.
“Saya khususnya ingin mendorong persepakbolaan Indonesia itu maju. Saya ingin lihat Indonesia maju di sepakbola. Karena bagi saya ini ironis - sebagai ilustrasi - kita itu populasinya keempat terbesar di dunia dan masyarakat mudanya besar sekali jumlahnya di bawah 30 tahun di atas 50 persen, tapi kita kalah terus,” ujar HT memaparkan kuliah umum bertajuk ‘Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Mahasiswa’ di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Selasa (23/7/2013).
Diuraikan, belum lama ini dia mendatangkan Arsenal dan hasilnya Indonesia kalah 0-7. Pada 25 Juli mendatang di MNC TV ada Chelsea FC (main) sama timnas. HT juga berperan mengundang klub asal London Utara ini.
“Tapi saya sedih, kita selalu kalah. Lawan Malaysia dengan 23 juta penduduk (juga) kalah. Kadang-kadang sama negara yang populasinya kecil-kecil kita kalah. (Di samping) choice (pilihan pemainnya) begitu banyak, juga karena timnas tidak terfokus pada kualitas,” ungkap HT.
Disambungnya, “Waktu saya datangkan tim Valencia, saya tanya kepada mereka, ‘Kenapa? Kok bisa hebat begitu?’ Kita lihat ketika itu Spanyol juara Piala Eropa tahun 2006. Valencia kan bagian dari Spanyol. Mereka itu, ada kompetisi ataupun tidak, rutin latihan. Jadi, mereka rajin. Kompetisi itu meningkatkan semangat atau fighting spirit. Kalau tidak ada kompetisi fighting spirit-nya tidak timbul, maka ada kompetisi secara reguler.”
Dikatakan, tim seperti Valencia selalu mendatangkan Coach atau pelatih top yang berkualitas. Yang bukan hanya teknik bermain bolanya bagus, tapi kekompakan atau mengedepankan teamwork (kerjasama tim). “Jadi, kalau kita perhatikan, dalam menggiring bola itu tidak individualistik. Satu pemain menggiring dari belakang terus sampai ke depan. Mereka oper-operan bola,” sambung HT.
Dibeberkan, berbeda dengan Indonesia yang berlatih hanya ketika akan mulai kompetisi. Menurut HT, masalah Indonesia, yakni kompetisi sudah reguler, tapi latihannya tidak rutin. Diperhatikannya juga tim Indonesia kurang kompak. Itu yang harus diperbaiki. Banyak yang individualistik, mau menonjol, menggiring bola sendiri.
“Saya pernah meng-entertain tim Valencia di Hotel Hyatt Jakarta. Karena mereka tamu kemudian saya suguhi makanan di hotel bintang lima. Saya kasih makanan yang bagus-bagus, (tapi) mereka makannya sederhana seperti salad dan buah. Jadi, yang saya kasih bagus-bagus (misalnya) daging, steak, dan sebagainya tidak dimakan. Saya tanya, 'Kenapa?' Jawabnya, jaga stamina. Staminanya bagus, hingga mereka kalau bermain 2x45 menit itu mau babak pertama atau babak kedua staminanya sama,” tutur HT.
Di timnas Indonesia, pada babak kedua biasanya stamina turun. HT secara berseloroh mengaku juga pernah menjamu para pemain timnas. “Saya ajak mereka makan. Dihabisi,” katanya disambut tawa kalangan mahasiswa Unismuh Makassar.
“Jadi, tidak fokus pada kualitas. Ini saya coba pelajari. Sebetulnya kalau mau mengubah Indonesia jadi lebih baik, khususnya di bidang sepakbola, harus latihan yang rutin, disiplin, dengan pelatih yang top, diadakan kompetisi rutin yang menimbulkan fighting spirit, kemudian stamina harus dijaga, perlu endurance atau daya juang,” tuntas HT yang selalu hobi menyaksikan timnas berlaga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. (min)
Tak kurang dari klub Valencia (Spanyol, Arsenal dan Chelsea (Inggris) diundang bertanding lawan tim nasional Merah-Putih demi satu tujuan: memajukan dunia persepakbolaan kita yang sering kalah bertanding.
“Saya khususnya ingin mendorong persepakbolaan Indonesia itu maju. Saya ingin lihat Indonesia maju di sepakbola. Karena bagi saya ini ironis - sebagai ilustrasi - kita itu populasinya keempat terbesar di dunia dan masyarakat mudanya besar sekali jumlahnya di bawah 30 tahun di atas 50 persen, tapi kita kalah terus,” ujar HT memaparkan kuliah umum bertajuk ‘Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Mahasiswa’ di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Selasa (23/7/2013).
Diuraikan, belum lama ini dia mendatangkan Arsenal dan hasilnya Indonesia kalah 0-7. Pada 25 Juli mendatang di MNC TV ada Chelsea FC (main) sama timnas. HT juga berperan mengundang klub asal London Utara ini.
“Tapi saya sedih, kita selalu kalah. Lawan Malaysia dengan 23 juta penduduk (juga) kalah. Kadang-kadang sama negara yang populasinya kecil-kecil kita kalah. (Di samping) choice (pilihan pemainnya) begitu banyak, juga karena timnas tidak terfokus pada kualitas,” ungkap HT.
Disambungnya, “Waktu saya datangkan tim Valencia, saya tanya kepada mereka, ‘Kenapa? Kok bisa hebat begitu?’ Kita lihat ketika itu Spanyol juara Piala Eropa tahun 2006. Valencia kan bagian dari Spanyol. Mereka itu, ada kompetisi ataupun tidak, rutin latihan. Jadi, mereka rajin. Kompetisi itu meningkatkan semangat atau fighting spirit. Kalau tidak ada kompetisi fighting spirit-nya tidak timbul, maka ada kompetisi secara reguler.”
Dikatakan, tim seperti Valencia selalu mendatangkan Coach atau pelatih top yang berkualitas. Yang bukan hanya teknik bermain bolanya bagus, tapi kekompakan atau mengedepankan teamwork (kerjasama tim). “Jadi, kalau kita perhatikan, dalam menggiring bola itu tidak individualistik. Satu pemain menggiring dari belakang terus sampai ke depan. Mereka oper-operan bola,” sambung HT.
Dibeberkan, berbeda dengan Indonesia yang berlatih hanya ketika akan mulai kompetisi. Menurut HT, masalah Indonesia, yakni kompetisi sudah reguler, tapi latihannya tidak rutin. Diperhatikannya juga tim Indonesia kurang kompak. Itu yang harus diperbaiki. Banyak yang individualistik, mau menonjol, menggiring bola sendiri.
“Saya pernah meng-entertain tim Valencia di Hotel Hyatt Jakarta. Karena mereka tamu kemudian saya suguhi makanan di hotel bintang lima. Saya kasih makanan yang bagus-bagus, (tapi) mereka makannya sederhana seperti salad dan buah. Jadi, yang saya kasih bagus-bagus (misalnya) daging, steak, dan sebagainya tidak dimakan. Saya tanya, 'Kenapa?' Jawabnya, jaga stamina. Staminanya bagus, hingga mereka kalau bermain 2x45 menit itu mau babak pertama atau babak kedua staminanya sama,” tutur HT.
Di timnas Indonesia, pada babak kedua biasanya stamina turun. HT secara berseloroh mengaku juga pernah menjamu para pemain timnas. “Saya ajak mereka makan. Dihabisi,” katanya disambut tawa kalangan mahasiswa Unismuh Makassar.
“Jadi, tidak fokus pada kualitas. Ini saya coba pelajari. Sebetulnya kalau mau mengubah Indonesia jadi lebih baik, khususnya di bidang sepakbola, harus latihan yang rutin, disiplin, dengan pelatih yang top, diadakan kompetisi rutin yang menimbulkan fighting spirit, kemudian stamina harus dijaga, perlu endurance atau daya juang,” tuntas HT yang selalu hobi menyaksikan timnas berlaga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. (min)