Acara nonton bareng kian menjamur di Tanah Air/Okezone
BERITA BOLA Setelah Bundesliga dan Ligue 1, Premier League serta La Liga bakal dimulai akhir pekan ini. Empat kompetisi paling elite di Benua Biru itu bakal ditayangkan di stasiun televisi Indonesia. Gratis pula.
Semarak? Pastinya. Meski prestasi masih antah berantah, Indonesia yang kini menempati rangking 169 dunia merupakan surga bagi tayangan sepakbola.
Untuk musim 2013/2014, Bundesliga sudah hadir di Kompas TV, Ligue 1 telah ditayangkan B Channel, Premier League akan disiarkan SCTV dan Indosiar, sementara La Liga bakal muncul di RCTI.
Serie A baru dimulai pekan depan dan TVRI masih memiliki hak siarnya. Jangan lupakan pula Liga Champions plus Europa League yang sudah gencar dipromosikan oleh SCTV.
Daftar siaran langsung sepakbola di stasiun televisi Indonesia akan semakin panjang bila menghitung tayangan Piala Super Eropa, Piala Dunia Antar Klub, Piala FA, Carling Cup, Community Shield, Piala Super Spanyol, Copa del Rey, Piala Super Italia, Coppa Italia, Piala Super Jerman, DFB Pokal, Liga Super Indonesia, hingga laga pramusim.
Untuk level negara seperti Piala Dunia, Euro, Copa America, Olimpiade, Piala Afrika, Piala Asia, Piala AFF, SEA Games, Kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa, Kualifikasi Piala Dunia Zona Amerika Latin, Piala Dunia U-20, Euro U-21, dan laga persahabatan juga tak ketinggalan hadir di layar kaca Indonesia. Grup MNC, Grup Viva, Trans Corp, serta SCTV & Indosiar gantian menyiarkannya. Semua gratis tanpa membayar.
Benar-benar surga tayangan sepakbola.
Rating memang segalanya di dunia pertelevisian. Tingginya rating tayangan sepakbola menjadi alasan kenapa si kulit bundar selalu menjadi primadona di Tanah Air.
Masih ingat dengan rating spektakuler final leg II Piala AFF 2010 antara tim nasional Indonesia versus tim nasional Malaysia. RCTI yang menyiarkan laga tersebut memperoleh rating 23,1 dengan share 65,7 atau ditonton hampir 13 juta orang.
Sebelumnya, di leg I, bahkan rating yang didapat RCTI lebih mencengangkan lagi yakni 26 persen danshare 69,9 persen. Ini rekor tertinggi sepanjang sejarah pertelevisian Indonesia mengalahkan rating 25 persen milik laga final SEA Games 1997 antara Tim Merah Putih melawan Thailand.
Ketika bulan lalu, Arsenal, Liverpool, dan Chelsea berkunjung ke Indonesia, ratingnya pun bagus. Tayangan Arsenal di RCTI pada Minggu (14/7/2013) mendapat 7 persen, Liverpool di SCTV pada Sabtu (20/7/2013) memperoleh 6,9 persen, dan Chelsea di MNC TV pada Kamis (25/7/2013) mendapat 6,4 persen. Masing-masing program menempati peringkat 1 di hari tersebut.
Rating yang tinggi, iklan pun kian banyak. Namun, konsekuensinya hak siar pun bisa melambung setinggi langit. Musim 2011-2013, hak siar Liga Inggris dibeli USD39 juta oleh MNC Grup. Kini, untuk musim 2013-2016, hak siar Barclays Premier League dibanderol USD90 juta setara Rp929 miliar atau hampir Rp 1 triliun!
Luar biasanya, meski harga tak masuk akal, masih ada stasiun televisi swasta Tanah Air yang membelinya. SCTV dan Indosiar menjadi pihak yang cukup gila untuk membeli hak siar liga terpopuler dunia yang ditayangkan di 212 negara seluruh dunia.
Pertanyaannya, sampai kapan kita hanya akan menjadi pencinta tayangan olahraga, bukan pencinta olahraga itu sendiri? Sampai kapan kita hanya akan menjadi surga tayangan olahraga, bukan magnet kompetisi olahraga
?