Persibo (oranye-hitam) saat berlaga di AFC Cup.(foto: Ahmad Antoni/SINDO)
BOJONEGORO - Setelah sekian lama dalam ketidakpastian, akhirnya Persibo Bojonegoro melayangkan banding ke Komisi Banding PSSI. Banding itu sebagai sangkalan atas sanksi yang dijatuhkan Komisi Disiplin PSSI terkait pertandingan AFC Cup lawan Sunray JC Sun Hei di Hongkong, Maret silam.
Namun bukan manajemen Persibo yang mengirimkan draft banding, melainkan mantan manajer Persibo Nur Yahya. Dia telah mengundurkan diri dari manajemen Persibo pada awal Juni, namun akhirnya harus kembali mengurusi langkah banding karena ikut menjadi pihak yang terkena sanksi.
Dia berharap banding yang dilakukannya bakal meringankan sanksi yang diterima pemain, pelatih dan ofisial. Sedangkan untuk dirinya sendiri, pria yang akrab disapa Yayak ini tak begitu peduli. Baginya sudah wajar manajer menanggung tanggungjawab yang paling besar dalam sebuah tim.
"Saya hanya menginginkan pelatih, pemain serta ofisial agar ditipiskan hukumannya. Sebab selama ini mereka menggantungkan hidupnya di sepakbola. Kalau untuk diri sendiri, saya tidak terlalu memikirkan hukuman itu walau menurut saya tetap tidak adil. Yang saya pikirkan hanya nasib pemain," tutur Nur Yahya.
Dia menggambarkan, walau dilarang berkecimpung di sepakbola, dirinya masih bisa meneruskan bisnis mebel yang selama ini ditekuninya. Sedangkan pelatih dan pemain, tentunya memiliki posisi yang tidak mudah karena sebagian besar menjadikan sepakbola sebagai tumpuan nafkah.
Lantas, apakah dirinya siap mengikuti proses banding? Yayak menyatakan siap melakukan langkah apa pun demi memperjuangkan nasib pemain. "Bisa saja saya lepas tangan karena sudah mundur sejak Juni lalu. Tapi saya harus menyelesaikan semua urusan yang terjadi selama saya masih menjadi manajer dulu," imbuhnya.
Sialnya, sejauh ini Yayak menjadi orang yang menanggung sendiri urusan tim Laskar Angling Dharma, baik terkait banding maupun tanggungan klub. Dia mengirimkan banding atas inisiatif sendiri karena CEO Lokal Persibo Lukman Wafi lepas tangan dan tidak mau mengurusi upaya banding hingga sekarang.
Selain itu, dia juga harus menyelesaikan tanggungan gaji pelatih Gusnul Yakin. Persoalan gaji tersebut sedikit rumit, karena Gusnul ternyata masih membawa mobil Avanza yang menjadi kendaraan fasilitas dari Persibo.
Gusnul 'menyandera' mobil tersebut hingga manajemen melunasi gajinya. Sampai kini gaji Gusnul masih terkatung-katung dan mobil belum diketahui keberadaannya.
"Jadi mobilnya kemungkinan masih ada di Malang karena dibawa Pak Gusnul. Untunglah ada bantuan dari Pak Suyoto (Bupati Bojonegoro) yang rela melelang jam tangannya untuk pembayaran gaji pelatih. Kalau nanti jam tangan itu terjual, langsung saya gunakan untuk membayar gaji pelatih sekaligus mengambil mobil Avanza. Karena itu adalah mobil rental," cetusnya.
Sedangkan CEO Persibo di Jakarta juga tidak mau tahu dengan urusan pembayaran gaji pelatih yang masih menunggak. Alhasil, persoalan di Persibo pun berlarut-larut karena tidak ada yang bisa memberikan solusi, terutama dari para petinggi yang memiliki wewenang penuh terhadap tim kesayangan Boromania
.