Julian Draxler (Foto: Reuters)
LIGA JERMAN – Beberapa musim belakangan ini, terbilang
banyak pemain asal Jerman yang mencoba peruntungannya di pentas Premier
League. Mesut Özil jadi pemain Jerman terbaru yang ingin menjajal
kerasnya Liga Inggris. Akan tetapi, Julian Draxler menolak turut serta
para kompatriotnya itu.
Andai mittelfeldspieler (gelandang) Schalke 04 itu memberi sinyal ingin “mengadu nasib” di negeri Ratu Elizabeth II itu, sudah ada dua klub besar, Arsenal dan Chelsea yang siap menampungnya.
Draxler tak ingin membuat keputusan hanya berdasarkan logika maupun tawaran menggiurkan – tapi juga dengan hati. Ketika hati kecilnya berkata untuk bertahan, pemain berusia 19 tahun itu pun tak segan melantangkan pernyataan loyalnya untuk Die Königsblauen.
Pertimbangan pencarian stabilitas jam terbang bermain dengan Schalke pun turut andil di mana Draxler, tak ingin “berjudi” di perantauan demi menyegel tempatnya sendiri di skuad Jerman jelang Piala Dunia di Brasil tahun depan.
“Piala Dunia di akhir musim siap menjelang dan Anda pasti butuh waktu untuk bisa terbiasa dengan tim baru. Bukan keputusan yang mudah (untuk bertahan). Anda takkan pernah tahu kapan bisa dapat tawaran bagus (dari Arsenal dan Chelsea) seperti itu lagi,” ucap Draxler.
“Pada akhirnya, saya mengikuti kata hati dan memutuskan bertahan di Schalke. Lebih dari itu, saya juga yakin berada di klub yang tepat bersama Schalke,” sambungnya kepada ESPN, Senin (9/9/2013).
Draxler yang saat ini masih bersama timnas Jerman jelang kualifikasi Piala Dunia kontra Kepulauan Faroe (Rabu dini hari) mendatang, meyakini Schalke yang melakukan start buruk di awal musim ini, bakal segera bangkit – terlebih setelah mendatangkan pemain tangguh macam Kevin-Prince Boateng.
“Kami tak melakukan permulaan yang bagus musim ini dan saya sedikit kecewa setelah beberapa partai. Tapi saya pikir, kami melakukan langkah yang penting setelah merekrut Kevin-Prince Boateng. Sekarang kami memiliki tim yang kuat,” tuntasnya.
Andai mittelfeldspieler (gelandang) Schalke 04 itu memberi sinyal ingin “mengadu nasib” di negeri Ratu Elizabeth II itu, sudah ada dua klub besar, Arsenal dan Chelsea yang siap menampungnya.
Draxler tak ingin membuat keputusan hanya berdasarkan logika maupun tawaran menggiurkan – tapi juga dengan hati. Ketika hati kecilnya berkata untuk bertahan, pemain berusia 19 tahun itu pun tak segan melantangkan pernyataan loyalnya untuk Die Königsblauen.
Pertimbangan pencarian stabilitas jam terbang bermain dengan Schalke pun turut andil di mana Draxler, tak ingin “berjudi” di perantauan demi menyegel tempatnya sendiri di skuad Jerman jelang Piala Dunia di Brasil tahun depan.
“Piala Dunia di akhir musim siap menjelang dan Anda pasti butuh waktu untuk bisa terbiasa dengan tim baru. Bukan keputusan yang mudah (untuk bertahan). Anda takkan pernah tahu kapan bisa dapat tawaran bagus (dari Arsenal dan Chelsea) seperti itu lagi,” ucap Draxler.
“Pada akhirnya, saya mengikuti kata hati dan memutuskan bertahan di Schalke. Lebih dari itu, saya juga yakin berada di klub yang tepat bersama Schalke,” sambungnya kepada ESPN, Senin (9/9/2013).
Draxler yang saat ini masih bersama timnas Jerman jelang kualifikasi Piala Dunia kontra Kepulauan Faroe (Rabu dini hari) mendatang, meyakini Schalke yang melakukan start buruk di awal musim ini, bakal segera bangkit – terlebih setelah mendatangkan pemain tangguh macam Kevin-Prince Boateng.
“Kami tak melakukan permulaan yang bagus musim ini dan saya sedikit kecewa setelah beberapa partai. Tapi saya pikir, kami melakukan langkah yang penting setelah merekrut Kevin-Prince Boateng. Sekarang kami memiliki tim yang kuat,” tuntasnya.
