Getty Images/Mike Hewitt
Liga Inggris - Musim ini fans Liverpool "dipaksa" bermimpi setinggi mungkin karena trofi Premier League tak lagi "jauh panggang dari api". Tapi apakah di akhir musim nanti perjalanan 'Si Merah' bakal berujung trofi yang sangat diidam-idamkan itu?
Mundur balik lagi ke 18 bulan lalu di mana Liverpool menunjuk manajer baru menggantikan Kenny Dalglish, yang begitu dielu-elukan bak raja karena memang ia adalah raja diraja dari seluruh pemain yang pernah berseragam merah-merah.
Sosok baru itu bernama Brendan Rodgers, manajer berusia 39 tahun yang di musim 2011/2012 baru menjalani debutnya di Premier League bersama Swansea City. Tak banyak yang tahun siapa itu Rodgers sampai yang namanya "Swanselona" menyihir publik Inggris di musim ini.
Kekalahan 0-3 dari West Bromwich Albion adalah salam pembuka yang sebenarnya tak diinginkan Rodgers, tapi ia pun tak menyerah begitu saja. Jatuh-bangun dijalaninya hingga di Januari 2013, kedatangan Daniel Sturridge dan Phillip Coutinho mengubah peruntungan dirinya serta tentunya Liverpool.
Singkat cerita Liverpool memang gagal tampil di kompetisi Eropa manapun musim ini. Blessing in disguise ketika absennya The Anfield Gank itu ternyata dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Rodgers dan anak asuhnya.
Mereka coba sedalam mungkin menginjak pedal gas dan terbukti ketika memenangi tiga pertandingan awal termasuk mengalahkan Manchester United 1-0 di Anfield. Namun, "kaki-kaki" pemain Liverpool tampak mulai lelah ketika di dua laga beruntun, hasil imbang 2-2 dengan Swansea City dan kekalahan 0-1 dari Southampton membuat mereka terlempar ke urutan kelima.
Tapi sepasang kemenangan dari Sunderland serta Crystal Palace kembali membangkitkan mereka ke posisi kedua sebelum turun ke posisi ketiga, karena di tiga laga selanjutnya, hasil imbang lawan Newcastle United, kemenangan atas WBA, dan kekalahan dari Arsenal mewarnai perjalanan mereka
Lagi-lagi inkonsistensi penampilan ditunjukkan 18 kali juara Liga Inggris ketika usai menang atas Fulham, mereka berturut-turut imbang lawan Everton serta dikalahkan Hull City.
Desember jadi awal kebangkitan Liverpool kala mereka menginjak lagi dalam-dalam pedal gas dengan menyapu bersih empat laga dengan poin penuh, lawan Norwich City, West Ham United, Tottenham Hotspur, dan Cardiff City. Bahkan Spurs dihantam lima gol tanpa balas di White Hart Lane.
Sayang skuat yang tipis itu harus dihadapkan pada dua raksasa yang punya banyak pasukan, yakni Manchester City serta Chelsea, yang memberi dua kekalahan beruntun dengan skor 1-2. Tampaknya kaki-kaki Suarez dan pemain lainnya butuh istirahat setelah melewatkan akhir tahun yang berat.
Alhasil Liverpool hanya sempat merasakan puncak sebentar di malam Natal sebelum kembali terlempar jauh ke urutan kelima klasemen.
Tapi rupanya malam Tahun Baru digunakan Steven Gerrard dkk bukan dengan berpesta pora melainkan merenungi apa yang harus mereka lakukan di 2014 demi mewujudkan satu mimpi, yakni tiket Liga Champions.
Satu injakan yakni kemenangan 2-0 atas Hull City di laga perdana tahun ini jadi momentum melajunya Liverpool, di mana di sembilan pekan terakhir dilewatkan tanpa sekalipun kalah termasuk menggilas Arsenal 5-1 dan Everton 4-0 di Anfield, yang notabene pesaing mereka di papan atas.
Kemenangan 3-0 atas Southampton pekan lalu pun membuat mimpi lima tahun lalu -- tepatnya di musim 2008/2009 -- itu kembali muncul. Apalagi kalau bukan trofi yang sudah ditunggu-tunggu yakni juara liga, yang sudah lama tak dirasakan dalam 24 tahun terakhir
Berada di posisi kedua dengan hanya berselisih empat poin dengan Chelsea dan musim menyisakan 10 pekan, bukankah nikmat rasanya bagi suporter Liverpool untuk membiarkan mimpi serta imajinasi terliar mereka soal trofi Premier League keluar, membuncah, dari dalam pikiran mereka?
Seperti kata komentator pertandingan Southampton versus Liverpool kemarin setelah Gerrard mencetak gol ketiga dari titik putih. "Title Challengers? You better believe it".
Tapi sebelum bermimpi lebih jauh ada baiknya Liverpool untuk bisa melewati ujian terberat mereka di bulan Maret ini ketika tanggal 16 nanti, ada MU yang harus dihadapi mereka di Old Trafford.
Belum lagi Spurs di akhir bulan yang pastinya akan menuntut balas kekalahan telak Desember lalu. Di April mendatang ada City dan Chelsea, dua lawan tangguh yang harus diwaspadai meskipun Liverpool bakal main di Anfield.
Bukan tugas mudah bagi Rodgers dan anak buahnya tentu untuk bisa melewatinya, mengingat lawan-lawan yang dihadapi punya misi yang tak kalah pentingnya terutama dua tim yang disebutkan terakhir adalah pesaing Liverpool di papan atas.
Patut dicermati ketika ketajaman lini depan Liverpool yang dihuni Suarez, Daniel Sturridge, dan Raheem Sterling jadi yang terproduktif di Inggris dengan 73 gol, tak dibarengi dengan kesolidan lini belakang yang sudah kemasukan 35 gol dan hanya tiga kali clean sheet selepas pergantian tahun.
Jika (dipertegas lagi bahwa jika) memang Rodgers mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan para pemain belakangnya, bukan tak mungkin lini depan yang tajam dan kokohnya Martin Skrtel dkk di belakang bakal mewujudkan mimpi terliar fans musim ini.
Sebaliknya maka posisi tiga besar saja sebenarnya sudah sangat cukup untuk Liverpool yang sudah lama absen di Liga Champions.