MALANG - Persema Malang dan Persibo Bojonegoro menunjukkan tanda-tanda bakal terhapus dari kompetisi level tertinggi. Melihat hasil yang mereka torehkan di Indonesian Premier League (IPL), dua klub asal Jawa Timur ini memiliki potensi besar untuk turun kasta musim depan.
Persema Malang, menderita empat kekalahan beruntun di partai kandang dan menjadi bulan-bulanan kontestan lain. Terakhir, pada pertandingan menjamu PSLS Lokhseumawe, tim berjuluk Bledeg Biru menjadi korban pembantaian dengan skor telah 1-4.
Ketika IPL sudah memasuki separuh jalan, langkah Persema Malang jelas teramat sulit dengan kondisi mental dan teknis timnya. Pelatih pun hanya bisa menjadi faktor non-teknis sebagai biang kekalahan, seperti kelelahan karena padatnya jadwal atau meremehkan lawan.
“Lawan PSLS pemain kelelahan karena sehari sebelumnya menghadapi Persiraja Banda Aceh. Lemahnya fisik membuat konsentrasi tidak bagus dan gagal mempertahankan keunggulan,” demikian alasan Rudi Hariantoko, Pelatih Persema yang menggantikan Slave Radovski.
Jika melihat hasil beberapa pertandingan yang selalu kalah, sudah jelas Persema lemah di berbagai aspek. Ketika teknik tidak memadai, masih ditambah mental pemain yang kurang mapan karena minimnya jam terbang. Hanya beberapa pemain saja yang kenyang kompetisi level atas.
Di Persema hanya memunculkan nama Irfan Raditya dan M Kamri sebagai pemain yang pernah berkecimpung di level atas. Sedangkan nama-nama lainnya adalah debutan yang sebelumnya jarang atau malah sebagian besar tidak pernah bertarung di kompetisi tertinggi.
Kekalahan demi kekalahan di kandang semakin membuat mental Bledeg Biru remuk redam. Dalam empat laga kandang menjamu Pro Duta, Semen Padang, Persiraja, serta PSLS, Persema paling sedikit kebobolan tiga gol. Sedangkan soal produktifitas, hanya mampu melesakkan dua gol.
Kelemahan itu diakui CEO Persema Dito Arif. Dikatakan, “Benar kalau Persema lemah dari berbagai aspek. Memang inilah kemampuan tim musim ini yang rata-rata dipenuhi pemain muda. Kami tidak bisa menuntut banyak karena mereka memang minim pengalaman.”
Kendati prestasi babak belur, ternyata Persema masih mendapat berita positif menyusul rencana kerjasama sponsorship dengan sebuah perusahaan asuransi. Walau nominalnya masih di bawah Rp1 miliar, paling tidak kerjasama itu menjadi prospek tersendiri bagi Persema yang jarang mendapat sponsor.
Pada awal kompetisi lalu sebenarnya tim yang bermarkas di Stadion Gajayana ini sempat bekerja sama sponsorship dengan Killerfish. Sayang perusahaan tersebut menarik diri karena persema dinyatakan tak berhak ikut kompetisi unifikasi 2014 berdasar hasil Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret di Solo.
Kondisi nyaris serupa dialami Persibo Bojonegoro. Mengintip posisi di klasemen sementara IPL, Persibo dan Persema sangat rukun di zona degradasi dengan perolehan sembilan dan tujuh poin. Persibo kini malah terancam tidak bisa melanjutkan IPL karena persoalan dana dan terus-terusan kalah walk over (WO).
Untungnya PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) mengistirahatkan kompetisi selama puasa dan baru kembali digelar 24 Agustus mendatang. Paling tidak itu membuat bisa sedikit bernafas sekaligus memberikan kesempatan kepada Persibo untuk mencari dana. Walau pun belum ada jaminan manajemen memperoleh sponsor setelah batalnya pembicaraan dengan tiga calon sponsor sebelumnya.
Persema Malang, menderita empat kekalahan beruntun di partai kandang dan menjadi bulan-bulanan kontestan lain. Terakhir, pada pertandingan menjamu PSLS Lokhseumawe, tim berjuluk Bledeg Biru menjadi korban pembantaian dengan skor telah 1-4.
Ketika IPL sudah memasuki separuh jalan, langkah Persema Malang jelas teramat sulit dengan kondisi mental dan teknis timnya. Pelatih pun hanya bisa menjadi faktor non-teknis sebagai biang kekalahan, seperti kelelahan karena padatnya jadwal atau meremehkan lawan.
“Lawan PSLS pemain kelelahan karena sehari sebelumnya menghadapi Persiraja Banda Aceh. Lemahnya fisik membuat konsentrasi tidak bagus dan gagal mempertahankan keunggulan,” demikian alasan Rudi Hariantoko, Pelatih Persema yang menggantikan Slave Radovski.
Jika melihat hasil beberapa pertandingan yang selalu kalah, sudah jelas Persema lemah di berbagai aspek. Ketika teknik tidak memadai, masih ditambah mental pemain yang kurang mapan karena minimnya jam terbang. Hanya beberapa pemain saja yang kenyang kompetisi level atas.
Di Persema hanya memunculkan nama Irfan Raditya dan M Kamri sebagai pemain yang pernah berkecimpung di level atas. Sedangkan nama-nama lainnya adalah debutan yang sebelumnya jarang atau malah sebagian besar tidak pernah bertarung di kompetisi tertinggi.
Kekalahan demi kekalahan di kandang semakin membuat mental Bledeg Biru remuk redam. Dalam empat laga kandang menjamu Pro Duta, Semen Padang, Persiraja, serta PSLS, Persema paling sedikit kebobolan tiga gol. Sedangkan soal produktifitas, hanya mampu melesakkan dua gol.
Kelemahan itu diakui CEO Persema Dito Arif. Dikatakan, “Benar kalau Persema lemah dari berbagai aspek. Memang inilah kemampuan tim musim ini yang rata-rata dipenuhi pemain muda. Kami tidak bisa menuntut banyak karena mereka memang minim pengalaman.”
Kendati prestasi babak belur, ternyata Persema masih mendapat berita positif menyusul rencana kerjasama sponsorship dengan sebuah perusahaan asuransi. Walau nominalnya masih di bawah Rp1 miliar, paling tidak kerjasama itu menjadi prospek tersendiri bagi Persema yang jarang mendapat sponsor.
Pada awal kompetisi lalu sebenarnya tim yang bermarkas di Stadion Gajayana ini sempat bekerja sama sponsorship dengan Killerfish. Sayang perusahaan tersebut menarik diri karena persema dinyatakan tak berhak ikut kompetisi unifikasi 2014 berdasar hasil Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret di Solo.
Kondisi nyaris serupa dialami Persibo Bojonegoro. Mengintip posisi di klasemen sementara IPL, Persibo dan Persema sangat rukun di zona degradasi dengan perolehan sembilan dan tujuh poin. Persibo kini malah terancam tidak bisa melanjutkan IPL karena persoalan dana dan terus-terusan kalah walk over (WO).
Untungnya PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) mengistirahatkan kompetisi selama puasa dan baru kembali digelar 24 Agustus mendatang. Paling tidak itu membuat bisa sedikit bernafas sekaligus memberikan kesempatan kepada Persibo untuk mencari dana. Walau pun belum ada jaminan manajemen memperoleh sponsor setelah batalnya pembicaraan dengan tiga calon sponsor sebelumnya.