(detiksport/femidiah)
Info Asean Cup 2013 - Saat komunikasi dibatasi, maka doa menjadi 'perantara' bagi para penggawa Indonesia Garuda Red dan Garuda White yang berlaga di Yamaha ASEAN Cup U-13 2013 dengan keluarganya. Mereka juga bertekad untuk jadi juara, mengikuti jejak timnas U-19 yang sukses di Piala AFF lalu.
Diki Bintara tak bisa menutupi kerinduan kepada kedua orang tuanya. Jangankan berjumpa dengan kedua orang tua dan adik semata wayangnya, pemuda kelahiran Karawang, Jawa Barat 9 Januari 2000 itu tak bebas berkomunikasi.
Frekuensi ngobrol Diki dengan keluarga yang tinggal di Malang, Jawa Timur terjun bebas. Pemuda berambut cepak itu hanya mempunyai kesempatan berbincang lewat telepon sepekan sekali sebulan terakhir.
Kondisi itu sangat bertolak belakang dengan keseharian dia. Diki bisa bercengkerama dengan Sunardi dan Suswati serta adiknya setiap hari.
Sebelum berangkat dan sesudah pulang sekolah, ngobrol dan kontak fisik bisa leluasa dilakukan. Diki juga dapat melanjutkan canda tawa sepulang dari latihan bersama klubnya Banteng Muda, Malang.
Namun, Diki berusaha tabah di depan rekan-rekannya. Status kapten tim Garuda Red menjadi satu-satunya pemantik kekuatan itu. Sebagai pemimpin, Diki menyadari dia harus lebih kuat dibandingkan teman-temannya.
Ya, Diki dan skuat Garuda Red dan Garuda White tak bisa lagi bebas memegang telepon seluler sejak tergabung dalam pemusatan latihan empat pekan silam. Sejak tinggal di asrama SLB Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ketiga puluh enam pemain U-13 itu hanya bisa memegang telepon genggam milik masing-masing sepekan sekali.
"Ini menjadi pengalaman pertama buat saya meninggalkan rumah paling lama, sampai 30 hari. Sudah begitu telepon seluler disimpan pelatih sehingga tak bebas untuk ngobrol dengan keluarga," kata Diki.
"Bohong kalau tidak kangen, tapi untuk mengharumkan nama bangsa tidak masalah meski harus berkorban," kata pemain yang berposisi sebagai bek itu.
Peraturan itu memang menjadi pengalaman perdana Diki dkk. Beberapa pemain juga merasakan pengalaman serupa. Kendati sebagian pemain sudah terbiasa berpisah dengan keluarga untuk bergabung di klub sepakbola, namun setidaknya masih bisa berkomunikasi dengan keluarga lewat telepon genggam.
Bahkan, Diki yang turut serta pada pemusatan latihan untuk Piala AFF U-14 Juli lalu masih bisa memegang telepon genggam setiap hari.
Menurut Diki dan beberapa pemain lain, kesempatan terakhir menghubungi keluarga didapatkan saat transit di Singapura. Mereka diberi keleluasaan untuk berbagi kabar kepada keluarga.
Setiba di Hanoi, Vietnam lokasi pertandingan Yamaha ASEAN Cup 2013, pada 3 Oktober tengah hari, komunikasi terhenti.
"Handphone dikumpulkan saat tiba di Hanoi. Komunikasi terakhir, bapak pesan agar saya tidak lupa berdoa, beribadah dan diberi kemenangan," kata dia.
"Selain itu bapak berpesan agar saya menjaga barang-barang, jangan sampai ada yang berceceran," kenang Diki.
"Setelah itu kami hanya berkomunikasi lewat doa. Mungkin lewat media saya sampaikan kangen buat keluarga di Malang. Saya juga ingin minta dukungan agar berhasil pada pertandingan di sini," kata dia.
Rupanya ada semangat khusus yang dibawa Diki dkk. Mereka terinspirasi keberhasilan Evan Dimas Darmono cs yang menggendong trofi juara Piala AFF U-19.
"Kami ingin bisa meneruskan keberhasilan timnas U-19 saat main di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo. Mereka bisa menjadi juara di Piala AFF, doakan kami juga bisa mengikuti mereka," kata Diki yang diamini pemain-pemain lain.