Skuad Persija U-21 Di bawah arahan Benyamin Leobetty. (Foto: Alfa Mandalika/Okezone)
BERITA BOLA~Nama Benyamin Leobetty mungkin tidak setenar nama Rahmad Darmawan, Jacksen F Thiago, Benny Dollo atau Aji Santoso. Namun, untuk di kalangan tim Persija, khususnya tim U-21 nama itu sudah tidak asing lagi. Ya, pria yang juga aktif sebagai polisi itu adalah seorang pelatih Persija U-21.
Tidak berhenti sampai disitu, Benyamin juga sempat menjadi punggawa Timnas di era-80an dan aktif dalam kepengurusan PSSI. Belum lagi, Benyamin juga aktif dalam dunia perwasitan, serta mengambil sekolah kepelatihan di Universitas Negeri Jakarta. Benyamin juga mengambil langkah untuk menjadi seorang polisi. Meski sudah aktif menjadi seorang polisi namun kegiatan di dunia sepakbola tetap bisa dijalani dengan seimbang.
Okezone sendiri mempunyai kesempatan untuk berbincang santai dengan Benyamin Leobetty. Pantuan Okezone di lapangan Pusdiklat Pelita, Sawangan, Jawa Barat, Kamis (18/7/2013) coach Benyamin terlihat sedang melakukan serangkaian persiapan untuk menghadapi laga-laga penting Persija junior itu.
Karakter seorang polisi yang tegas sontak terlihat saat Benyamin memimpin langsung latihan. Latihan yang diikuti oleh skuad lengkap Persija junior itu memang berjalan dengan baik. Arahan demi arahan juga berjalan dengan baik. Punggawa Persija junior pun terlihat kompak dan bersemangat dalam menjalani latihan sore itu.
Selama bulan puasa, Benyamin sendiri mengaku akan melakukan latihan seminggu dua kali dan latihan akan difokuskan pada sore hari. Hal itu memang memberikan kelonggaran tersendiri bagi pemain yang menjalankan puasa.
Prestasi Persija U-21 sendiri memang cukup baik. Sejauh ini, Persija junior itu sudah sukses menembus babak delapan besar kompetisi ISL U-21. Laga di Palembang Agustus mendatang sudah menunggu skuad Benyamin Leobetty.
“Tadi latihan peningkatan tehnik, skill pemain dilatih seperti juggling, passing, skill melewati orang, baik di bawah maupun di udara, lalu peningkatan daya tahan. Latihan juga disesuaikan dengan situasi mereka yang sedang berpuasa,” Benyamin mulai bercerita.
“Selama bulan puasa ini kami latihan seminggu dua kali. Namun, itu hanya berlaku pada bulan puasa saja. Biasanya, kami latihan setiap hari, sabtu dan minggu libur, tapi terkadang sabtu kami juga latihan,” jelas Benyamin.
Benyamin juga mulai menceritakan bagaimana rekam jejaknya sebelum melatih Persija U-21. Posisi yang bisa dibilang strategis itu untuk tim ibu kota.
“Dulu saya pemain, saya pemain pilihan dari seluruh Indonesia, saya mewakili NTB masuk di Ragunan tahun 1980 sampai 1983. Setiap tahunnya kita mewakili Indonesia di kejuaraan pelajar di tiap-tiap negara. Jadi di antaranya di Arab Saudi, Hong Kong, dan Bangkok. Tahun 1983 kemudian saya dipanggil Timnas PSSI Pratama bersama pemain seperti Berti, Subangkit, dan Budi Johannes setelah itu masuk saya di Galatama tahun 1983-1985 dan masuk di Persija 1985-1986,” lanjut Benyamin.
“Setelah itu saya mengambil wasit, wasit nasional dari mulai wasit Pengcab, Pengprov DKI dan wasit nasional. Berkecimpung di perwasitan cukup lama juga empat sampai lima tahun lalu saya menjadi pengawas pertandingan tingkat nasional lalu saya ambil pelatihan. Saya juga mempunyai pengalaman menjadi asisten pelatih di PSCS bersama Iwan Setiawan dan Jarot pelatih kiper nasional. Waktu itu pelatih kepalanya Iwan Setiawan,” tutur pelatih 49 tahun itu.
Meski mempunyai pengalaman yang cukup banyak di dunia sepakbola, Benyamin tidak serta merta langsung ditunjuk sebagai pelatih di Persija U-21. Serangkaian persyaratan harus dijalani oleh Benyamin Leobetty.
“Saya masuk di Persija ini adanya fit and proper test seluruh pelatih yang ada di Jakarta Pusat kemudian saya di antaranya yang terbaik di tiga besar. Makanya saya ditunjuk sebagai Head Coach di Persija U-21. Tadinya, saya ditunjuk di Liga Super tapi pelatih fisik. Saya kurang berkenan, saya ingin memberikan ilmu saya seluruhnya kepada pemain-pemain untuk menjadi pemain yang lebih andal,” ujarnya.
“Saya menjadi pelatih kepala di Persija U-21 dari Maret. Mulai seleksi 27 Maret sampai berkahir kompetisi ISL yang berakhir pada 5 September. Jadi kurang lebih tujuh bulan saya melatih Persija U-21,” terangnya.
Persija junior juga sedang mengikuti kompetisi ISL. Prestasinya cukup menjanjikan sampai sejauh ini karena mampu masuk dalam babak delapan besar. Hal itu memang merupakan prestasi yang harus diapresiasi karena mampu melangkah sampai sejauh itu.
“Kami sedang mengikuti kompetisi U-21 ISL. Kami sudah melewati grup yang berat, grup tiga yang dihuni oleh Arema, Persepam Madura, dan Persegres Gresik beserta Persija. Kami boleh dibilang meraih poin yang sempurna hanya kalah sekali menang lima kali jadi nilainya 15. Urutan kedua Madura nilainya 10 dua kali kalah. Kami akan bertanding kembali di Palembang 19 Agustus melawan Sriwijaya, 22 Agustus melawan Pelita Bandung Raya (PBR) dan 25 Agustus melawan Persiram Raja Ampat,” lanjutnya.
“Target kami selain menjadi juara, mereka harus bisa memperkuat tim senior sehingga membantu tim senior yang tidak perlu lagi mengeluarkan biaya banyak untuk membeli pemain. Saya juga bertanggung jawab untuk mencetak pemain U-21 untuk bermain di Senior. Makanya selalu saya ingatkan ayo serius serius jadi dirimu sendiri. Latihan itu harus serius, bersaing dan berkompetisi jadi kalau kalian menunjukkan yang baik, tentu hasil yang dicapai pemain lebih cepat. Tentunya juga para pemain ingin masuk ke Timnas. Karena kami sudah ada beberapa orang di U-19 ada Firmansyah yang dipanggil kemarin di U-23 ada Syahrizal, pemain senior ada Delton, Gamal, Daryono, Syahroni,” ujar Benyamin.
Selain aktif di dunia sepakbola, Benyamin juga adalah seorang perwira polisi berpangkat AKP (Ajun Komisaris Polisi). Namun, karena kecintaannya terhadap sepakbola sangat tinggi, Benyamin tetap aktif di sepakbola dan Benyamin mengaku tidak mempunyai masalah karena sudah mengantongi izin dari petinggi Polri sendiri untuk aktif di sepakbola.
Benyamin sendiri mulai aktif sebagai anggota Polri sejak 1986 masuk di Secaba (Sekolah Bintara Polri) lalu masuk Selapa (Sekolah Perwira Polri) tahun 1998. Saat ini, Benyamin dinas di bagian Direktorat Tahti (Tahanan dan Barang Bukti) Polda Metro Jaya.
“Pangkat saya masih AKP, harusnya sudah Kompol tapi karena kesibukan saya masih di bola jadi harus diimbangi. Untuk izin sendiri tidak ada masalah, karena dari Persija sudah izin ke Kapolda dan Kapolda sudah merestui. Makanya saya bisa kemana-mana ke daerah. Tidak mungkin tanpa izin kita berangkat. Saya melatih pun juga membawa nama Polri bukan membawa nama pribadi saya. Jadi, bukan hanya memerangi kejahatan, tapi membawa nama baik Polri dari olahraga sehingga rakyat mencintai dan meniru yang baik. Jadi, image yang terjadi untuk polisi tidak hanya hal-hal yang jelek, tapi polisi juga mempunyai talenta-talenta yang membanggakan,” jelas Benyamin.
Ketika disinggung apakah mempunyai cita-cita menjadi pelatih Timnas Indonesia, Benyamin mempunyai jawabannya sendiri, “Cita-cita saya sangat tinggi dan melebihi dari itu (Pelatih Timnas). Step by stepsaya buat bagaimana bisa menjadi juara dulu baru kesana. Cita-cita saya sangat tinggi. Saya tidak mau terlalu banyak bicara tapi tetap saya bekerja keras takut nanti anggapan orang takabur tapi dengan saya bisa membuktikan di sini saya cukup bangga, tapi tidak puas di situ, tapi saya tetap berlatih untuk mendapatkan hasil yang luar biasa,” tuturnya.
Benyamin yang merupakan sosok yang akrab dengan Persija juga menyikapi persetruan yang terjadi antara pendukung The Jakmania (Persija Jakarta) dan Bobotoh/Viking (Persib Bandung). Benyamin sendiri memang menginginkan perdamaian terjadi antar kedua pendukung itu.
“Saya melihat bahwa persetruan antara pendukung Persib dan The Jak ini kan masalah lama dan bisa dibilang budaya yang lalu dibawa-bawa terus. Tapi menurut saya, kalau mereka mempunyai pikiran positif ingin memajukan bangsa Indonesia khususnya PSSI untuk menjadi tim yang andal, ya marilah bersatu. Perbedaan biasa tapi mari kita bersatu. Kalau cari jeleknya, sampai kapan pun tidak akan seleasai. Harus saling memberi dan menerima. Jangan dibesar-besarkan mari kita rendah hati, bersatu membangun negara kita ini. Sedih kita melihat Vietnam yang baru merdeka sudah luar biasa peringkatnya. Kita tidak bisa mengalahkan tim-tim Asean. Sebenarnya kita memiliki tanggung jawab untuk bahu-membahu menghadapi hal itu,” jelas Benyamiin.
Tidak lupa juga, Benyamin mengutarakan pendapatnya soal kedatangan tim-tim Eropa ke Indonesia. Arsenal yang sudah datang dan Liverpool dan Chelsea yang akan segera bertanding melawan punggawa Indonesia diharapkan bisa membawa angin segar untuk sepakbola Indonesia.
“Dengan datangnya tim-tim dari luar itu, justru harus tim kita menjadi lebih bagus. Karena tim kita banyak belajar dari tim tersebut. Bukan hanya kita menjadi fans mereka, tapi bagaimana mereka datang khususnya pencinta sepakbola di negara kita harus kembali memotivasi bangsanya sendiri seperti memotivasi tim negara lain. Lihat Arsenal disambut meriah, Liverpool disambut meriah, Chelsea besok juga akan disambut meriah, nah, bagaimana mereka (pemain Timnas) kembali ke tim kita ini. Sambutlah tim kita ini dengan sambutan yang meriah juga. Pasti semangat Timnas akan berlipat ganda. Tim dan pelatih Timnas harus mengambil ilmu-ilmu dari tim yang sudah datang untuk meningkatkan kekuatan tim,” tandas Benyamin
.