Strategi Persib Kuasai Tempo dan Garis Pertahanan Rendah |
Liga ISL - Sudah 19 tahun Persib tak merasakan gelar juara Liga Indonesia. Bobotoh sudah merasakan dahaga prestasi yang amat lama. Musim ini adalah puncaknya, untuk kali pertama "Maung Bandung" kembali ke final dan hanya selangkah dari gelar juara.
Lalu apa yang membuat Persib musim ini tampil istimewa? Padahal, musim ini Persib juga tidak punya pemain yang mencolok, seperti sosok Sergio van Dijk musim lalu.
Jawabannya: Kekuatan pemain yang merata di hampir seluruh posisi dan kekompakan tim. Musim ini mereka tak lagi kerepotan jika ada pemain pilar yang absen, karena selalu ada pemain pengganti yang siap menjaga performa apik tim.
Ketika sayap kanan M. Ridwan sedang menunaikan ibadah haji, misalnya, Atep dengan amat baik mampu menggantikan peran tersebut. Meski banyak bermain dari bangku cadangan, Atep tak canggung menjadi pemain sayap yang merangkap pengatur serangan bahkan sering kali menjadi penentu pertandingan. Bahkan, pada laga semifinal melawan Arema, Atep tampil sebagai pembalik keadaan.
Begitu juga terkait absennya Hariono yang menikah pada laga awal babak 8 besar lalu. Taufiq yang menggantikan perannya di lini tengah, bahkan menjalani salah satu permainan terbaik ketika itu. Demikian pula dengan posisi kiper. Ada nama Syahar Ginanjar yang menjadi pelapis I Made Wiryawan di bawah mistar. Meski menit bermainnya jauh menurun dari musim lalu, kualitasnya masih diakui saat dipanggil pelatnas U-23.
Bukan Sekadar Makan Konate
Jajaran pelatih Persipura mengaku sudah mempelajari skema bermain Persib, dengan satu pemain dicetak tebal adalah peran Makan Konate. Sosoknya memang sentral bagi "Pangeran Biru", bertanggung jawab saat menyerang maupun bertahan. Pemain berusia 23 tahun tersebut memang layak masuk dalam jajaran gelandang asing terbaik di liga musim ini.
Akan tetapi, menghentikan Konate tak semudah yang dibayangkan, memberi penjagaan khusus saja belum cukup. Persipura harus menghentikan juga skema Persib secara tim. Terutama karena area bermain Konate amat luas, dari depan kotak penalti sendiri hingga gawang lawan. Bahkan ia fasih menyisir sayap untuk kemudian melakukan umpan silang.
Membuntutinya ke mana pun pergi bukan opsi terbaik untuk menghentikan Konate. Area jelajahnya yang luas membuat tak cukup hanya satu pemain yang menjaga. Jika masih dipaksakan, Persipura justru dapat meninggalkan lubang di lini tengah atau sektor belakang.
Stamina pencetak gol terbanyak Persib itu juga sudah teruji. Ia selalu bermain pada setiap pertandingan di musim ini. Ketika tambahan waktu melawan Arema di semifinal, ia menjadi satu-satunya pemain yang terus bergerak tiada henti. Konate juga akhirnya yang menutup pertandingan melalui gol pada akhir laga.
Mengunci dengan Garis Pertahanan Rendah
Satu kekuatan utama Persipura adalah pada kecepatan mereka. Untuk memaksimalkan hal itu, tim "Mutiara Hitam" banyak melakukan umpan-umpan panjang jika ada peluang. Berbahaya bagi Persib untuk menerapkan jebakan offside.
Satu taktik yang bisa digunakan Persib adalah menerapkan garis pertahanan rendah untuk meredam kecepatan lini depan Persipura yang dihuni Boaz Solossa dan Ian Kabes. Cara ini pernah dipakai Persib saat mengalahkan Mitra Kukar di Tenggarong. Ketika itu kecepatan Zulham Zamrun dkk justru tak terlihat karena menghadapi tembok kokoh pertahanan.
Formula ini pula yang menjadikan Persipura frustasi saat menghadapi Pelita Bandung Raya di babak pertama semifinal lalu. Sayangnya serangan balik tak berjalan baik, sehingga Persipura terlalu banyak melakukan dominasi permainan.
Persib memiliki kesempatan karena secara materi mereka lebih baik dari PBR dalam menjalankan serangan balik. Ferdinand Sinaga dibantu Tantan, Ridwan, serta Konate adalah mimpi buruk bagi pertahanan lawan.
Tetapi Djadjang Nurjaman tidak boleh mengulangi kesalahannya ketika melawan Arema. Pada babak pertama, Persib hanya menempatkan Ferdinand sendirian di depan, dengan terus menerus memberikan suplai bola lambung.
Sayangnya tidak ada satu pun pemain yang berada di dekatnya, sehingga bola menjadi mudah terlepas. Meski saat duel satu lawan satu Ferdinand tak kalah, tetapi berlari membawa bola sendirian melewati barisan bek bukanlah pekerjaan mudah.
Keuntungan lain memakai garis pertahanan rendah adalah membuat beban dua bek di belakang tidak terlalu berat. Sebelumnya, Vujovic lebih banyak mengambil “jatah bola” milik gelandang bertahan, sehingga ia tak sejajar dengan Jufrianto dan meninggalkan posnya. Kondisi seperti ini adalah makanan empuk bagi Boaz atau Kabes dengan menerima umpan terobosan Robertino.
Persipura sendiri punya serangan khas lain berupa umpan silang datar ke kotak penalti. Saat melakukan serangan balik, pemain sayap akan berlari menyusuri lapangan setelah itu mengirim umpan tarik.
Pada kondisi garis pertahanan rendah, para bek tidak akan terpancing berlari merapat ke gawang. Ini adalah naluri bek yang sulit dihindari ketika mendapat serangan balik cepat. Ketika jarak bek dengan kotak penalti tidak terlalu jauh, maka Vujovic atau Jufrianto dapat lebih tenang dan fokus pemain lawan tak cuma bola saja.
Mengatur Tempo, Kunci Memenangi Gelar Juara
Jika ingin meredam kecepatan Persipura, Persib juga harus menurunkan tempo permainan. Memainkan bola pendek secara sabar dan berusaha mencari celah adalah pilihan terbaik. Tetapi, terus menerus berada di area sendiri juga menimbulkan risiko.
Maka ada beberapa opsi yang dapat dipakai Djadjang yang juga berpengaruh pada pemilihan pemain. Jika ingin memainkan bola-bola pendek, Persib dapat memainkan Taufiq dan Atep secara bersamaan. Keduanya cocok dengan gaya main tersebut. Membentuk pertahanan zona juga dapat dilakukan karena salah satu kelebihan Taufiq.
Lain halnya jika ingin memakai skema serangan balik cepat, Hariono bersama Tantan menjadi pilihan yang lebih pas. Hal ini karena Tantan lebih punya kecepatan dibandingkan dengan Atep. Selain itu, ketika melakukan serangan balik Hariono juga lebih pas ketimbang Taufiq untuk mencuri bola melalui tekel-tekel di lini tengah.