Wednesday, July 10, 2013

Falcao Targetkan Bawa Monaco Juara


AFP/Valery Hache

Monaco - Striker baru AS Monaco, Radamel Falcao, menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah membawa klub barnya menjadi juara Liga Prancis. Untuk itu ia ingin mencetak gol sebanyak-banyaknya.

Pemain berjuluk El Tigre tersebut kemarin resmi iperkenalkan sebagai pemain Monaco setelah diboyong dari Atletico Madrid seharga 60 juta euro. Ia menjadi bagian dari proyek besar klub yang baru promosi dari divisi dua Liga Prancis ini, semenjak dibeli pengusaha kaya Rusia, Dmitry Rybolovlev.

"Ini adalah tahap baru di karier saya di sebuah kompetisi baru dan dengan sebuah klub yang punya banyak tujuan," kata Falcao seperti dikutipSoccerway.

Monaco disebut-sebut akan menjadi salah satu penantang utama juara bertahan, Paris Saint-Germain, untuk memperebutkan trofi Liga Prancis. Namun, striker internasional Kolombia ini enggan hanya terfokus pada PSG saja.

Lebih jauh ia bertekad membawa tim barunya untuk memenangi setiap laga di musim depan dengan mencetak banyak gol.

"Rival kami bukanlah satu tim, tapi semua tim di dalam kompetisi. Kami akan memainkan setiap pertandingan dengan tujuan untuk menang," katanya.

"Saya ingin mencetak banyak gol sebanyak yang dibutuhkan untuk membawa klub menjadi juara. Hal terpenting adalah klub ini.

"Saya akan senang jika bisa menjadi top skorer. Tapi hal paling utama adalah tim ini menjadi juara," tegas pemain 27 tahun ini.

Sebelum merumput di Stade Louis II, markas Monaco, Falcao tiga musim memperkuat Porto dan dua musim membela Atletico Madrid. Di Porto ia tampil total 87 kali dan mencetak 72 gol, sementara di Atletico ia bermain total 91 kali dan menorehkan 70 gol.

Kit-man Juga Manusia

Chris Wondolowski - San Jose Earthquakes/USA (Foto: Yahoo)
Chris Wondolowski - San Jose Earthquakes/USA (Foto: Yahoo)

OREGON – 
Ada sebuah pemandangan aneh, janggal, dan juga menggelikan yang terlihat dalam sebuah laga yang mempertemukan Belize dengan Amerika Serikat dalam kompetisi Concacaf Gold Cup, Rabu (10/7/2013) pagi tadi –waktu Indonesia bagian barat-

Dirty Tackle, Rabu (10/7/2013), melaporkan dalam laga tersebut, pemain Amerika Serikat yang bermain di klub San Jose Earthquakes, Chris Wondolowski menjadi aktor utama dalam kemenangan tersebut berkat aksinya yang memborong tiga gol.

Pemandangan aneh terlihat bukan terdapat dalam diri seorang Wondolowski, melainkan jersey tim nasional Amerika Serikat yang ia kenakan. Di seragam kebanggaan negeri Paman Sam itu, nama Wondolowski tertulis Wondowlowski.

Huruf ‘w’ terlihat lebih banyak tertera di punggungnya. Terlepas dari kesalahan yang dilakukan oleh kitman –staf tim yang bertugas menyiapkan kebutuhan pakaian pemain-, Amerika Serikat sukses menggasak Belize dengan skor 6-1.

Selain Wondolowski yang menyumbangkan tiga gol, trigol lainnya dicetak oleh Stuart Holden, Michael Orozko, dan sang pemain senior, Landon Donovan dari titik putih.

Kesalahan penulisan nama di kaus pemain ini memang kerap terjadi di berbagai level kompetisi. Bahkan di level top Eropa sekalipun.

Seperti yang terjadi dari beberapa punggawa Manchester United, satu dekade terakhir. Kiper mereka asal Polandia, Tomasz Kuszczak, pernah memakai jersey yang tidak sesuai dengan namanya. Di seragamnya tertulis Zuszczak.

Contoh lain, John O’Shea, pernah memakai jersey yang salah nama, bukannya tulisan “O’Shea” yang terpampang di punggung, justru yang tertulis “S’hea”. Ole Gunnar Solskjaer pun pernah mengalami hal serupa, di jersey Manchester United yang ia kenakan, tertulis “Solskjaez”.

 

Di Natale Perpanjang Kontrak di Udinese

Di Natale (Foto : Reuters)
Di Natale (Foto : Reuters)
UDINE – Penyerang kawakan Udinese, Antonio Di Natale resmi memperpanjang kontrak dengan klub yang dibelanya sejak 2004 itu. Penyerang berusia 35 tahun ini menambah masa baktinya selama dua tahun lagi bersama Zebrette.

“Udinese dengan senang hati mengumumkan bahwa pihak klub setuju memperbarui kontrak Antonio Di Natale sampai 30 Juni 2015 dengan opsi perpanjangan setahun lagi,” bunyi peryataan Udinese dalam situs resmi.

Dengan diperpanjangnya kontrak ini, maka Di Natale dipastikan akan menjalani musimnya yang kesepuluh bersama Udinese, identik dengan nomor punggung 10 yang dikenakan oleh Toto (julukan Di Natale) di klub tersebut.

“Nomor 10 (nomor yang dikenakan Di Natale) menandakan sepuluh tahun secara berturut-turut dirinya mengenakan kostum Udinese dan sangat diharapkan dia akan mengakhiri kariernya di Udine.”

Di Natale yang juga merupakan kapten tim memang masih mampu menunjukkan ketajamannya di usia yang sudah tidak lagi muda. Hal ini terlihat dari jumlah golnya yang mencapai 185 gol dari 347 penampilan, bahkan musim 2009/2010 dan 2010/2011 lalu mantan penyerang Empoli ini mampu menyabet gelar top scorer Serie A
.

Dari Planet Mana Garrincha Berasal?

Pernah suatu ketika saya bertanya kepada sekumpulan anak-anak berusia 10 sampai 13 tahun, Siapa pemain Brasil yang terkenal? Berbagai nama dilontarkan dari mulut mereka, ada Ronaldo, Ronaldinho, Neymar, bahkan yang paling mengejutkan mereka tahu nama-nama pemain tempo dulu macam Pele dan juga Zico.



Wajar memang jika mereka tahu nama seperti Pele atau Zico. Prestasi dan kemampuan kedua pemain ini memang sangat cemerlang, terutama Pele, siapa yang tidak mengenal dia? Pemain termuda yang pernah menjuarai Piala Dunia, mampu menjuarai Piala Dunia tiga kali, mampu mencetak lebih dari 1.200 gol dalam kariernya, bahkan, meski telah gantung sepatu sejak 1977 lalu, namanya masih terus disebut-sebut para pecinta sepakbola sampai saat ini.



Nama Pele melambung melampaui masanya dan menembus ingatan beberapa generasi hingga saat ini.Ketenaran Pele, tak dialami rekan-rekan setimnya, yang bahu membahu membawa Brasil menjuarai Piala Dunia 1958 dan 1962 termasuk, Garrincha. Padahal sosoknya tak kalah fenomenal. Bernama lengkap Manuel Francisco dos Santos ia dikenal dengan julukan yang diberi kakak perempuannya yaitu,Garrincha yang berarti Burung Kecil.



Garrincha Terlahir dengan kaki kanan bengkok ke dalam serta kaki kiri yang lebih pendek enam sentimeter dan melengkung ke arah luar. Mungkin kekurangan fisiknya itu membuat banyak orang meragukan kualitasnya, tetapi faktanya kemampuan dribblenya merupakan yang nomor satu di Brasil atau mungkin di dunia.



Tapi orang mungkin tak percaya. Garrincha mengawali karier saat usianya telah menginjak 20 tahun. Bakatnya tercium oleh Botafogo. Penampilan luar biasa sudah ditunjukkan Garrincha saat sesi latihan hari pertama. Dalam sebuah duel, Ia mampu mengerjai bek timnas Brasil, Nilson Santos. Debutnya pun tidak kalah sensasional, dia berhasil mencetak hattrick melawan Bonsucesco di pertandingan perdananya itu. Estrela Solitaria pun gampang kepincut.



Satu pertandingan yang akan selalu dikenang dari Garrincha adalah saat menghadapi klub asal Italia, Fiorentina. Pada pertandingan itu ia berhasil melewati 4 pemain bertahan dan juga kiper lawan, tetapi alih-alih menendang bola ke gawang kosong, Garrincha malah menunggu pemain lawan mengejarnya dan melewatinya sekali lagi sebelum mencetak gol.



Penampilan impresifnya terus berlanjut hingga dipercaya untuk menjadi anggota timnas Brasil untuk Piala Dunia 1958. Sempat tidak dimainkan dalam dua pertandingan awal, Garrincha yang berusia 25 tahun bermain di pertandingan ketiga menghadapi USSR (Rusia). Pertandingan ini merupakan debutnya di timnas Selecao bersamaan dengan debut Pele yang saat itu berusia 18 tahun atau tujuh tahun lebih muda dari Garrincha. Pergerakkan lincah Garrincha yang berpostur 169 sentimeter berhasil membawa Brasil menang 2-0 atas tim unggulan Piala Dunia itu.



Brasil akhirnya mampu melaju sampai babak final dan menghadapi tim tuan rumah, Swedia. Sempat tertinggal satu gol, dua assist si Burung Kecil sukses membawa Brasil membalikkan kedudukan serta menjadi juara dunia untuk pertama kalinya.



Kesuksesan di lapangan hijau, ternyata kontras dengan kehidupannya. Usai Piala Dunia, Garrincha mulai ketergantungan dengan alkohol serta sering terlibat masalah masalah rumah tangga. Meskipun begitu, ia tetap dipercaya untuk kembali mewakili Brasil di Piala Dunia 1962 di Cile. Di Piala Dunia inilah Garrincha berada di puncak kariernya. Brasil yang harus kehilangan Pele akibat cedera sampai akhir turnamen, padahal Brasil baru memainkan dua pertandingan. Hal ini memaksa Garrincha ‘seorang diri’ membawa Brasil Menjuarai Piala Dunia untuk kedua kalinya.



Garrincha berhasil membawa tim samba lolos ke semifinal menghadapi tim tuan rumah Cile, setelah dua golnya berhasil mengandaskan Inggris dengan skor 3-1. Menghadapi Cile, Garrincha yang berusia 29 tahun kembali mencetak 2 gol dan mengandaskan tuan rumah dengan skor 4-2. Kekalahan itu membuat Koran Cile, El Mercurio membuat headline “Dari Planet Mana Garrincha Berasal?”



Di partai final menghadapi Cekoslowakia, meski sedang demam, Garrincha tampil bagus dan membawa Brasil menang 3-1. Selain membawa Brasil menjadi juara, dia juga berhasil menjadi top score turnamen dengan 4 gol bersamaan dengan lima pemain lainnya.



Sayang, setelah itu, alkohol semakin menyeret bintangnya ke kubangan lumpur persoalan, yang membuat kariernya redup. Klub pun akhirnya menjualnya ke Corinthians pada 1966. Meski begitu, ia masih dipercaya masuk dalam skuad Samba bertarung di Piala Dunia 1966 di Inggris. Namun cedera lutut menghatuinya. Brasil pun gagal melangkah jauh. Brasil kalah 1-3 dari Hungaria di babak grup dan gagal lolos ke putaran kedua. Bagi Si Burung Kecil, kekalahan itu seperti melengkapi keterpurukan kariernya. Partai itu adalah laga terakhirnya bersama tim nasional sekaligus satu-satunya kekalahan yang dideritanya selama mengenakan seragam Kuning-Hijau.



Akhirnya Garrincha memutuskan untuk gantung sepatu pada 1973 setelah sempat membela Atletico Junior, Flamengo, dan Olaria. Partai perpisahan untuknya dilakukan di stadion Marcana dan dipadati 131 ribu penonton.



Usai gantung sepatu, Garrincha semakin akrab dengan alkohol serta sering terlibat kecelakaan di jalan raya, salah satunya merenggut nyawa ibu mertuanya. Akhirnya pemain luar biasa ini harus berpulang kepada yang maha kuasa pada tahun 1983 akibat penyakit sirosis hati di usianya yang ke-49
.

PSG Wajib Bermain Cantik

Zlatan Ibrahimovic. (Foto: Reuters)
Zlatan Ibrahimovic. (Foto: Reuters)
PARIS – Gerard Houllier memberikan peringatan kepada arsitek anyar Paris Saint-Germain (PSG), Laurent Blanc. Houllier menilai PSG harus bermain cantik untuk menghibur fans musim ini.

PSG berhasil mengamankan gelar perdana Ligue 1 dalam 19 tahun di bawah asuhan Carlo Ancelotti musim ini, sebelum pelatih asal Italia itu memutuskan untuk hengkang ke Real Madrid. PSG mengalahkan Marseille dengan keunggulan 12 poin dan unggul dalam selisih gol +46.

Houllier, yang pernah membawa tim asal Paris itu memenangi gelar Ligue 1 pertama di musim 1986, telah menantang mantan pelatih Timnas Prancis itu agar PSG bermain cantik selama mengarungi musim kemarin.

“PSG tidak boleh hanya sekedar menang. Tim itu harus menang dan menghibur fans, memperlihatkan kualitas terbaik. Ini sangat penting sekali. Tidak hanya untuk setiap pertandingan tentu, sesering mungkin,” kata Houllier, dikutip dari Soccerway, Rabu (10/7/2013).

“Di Prancis, kami tidak menyukai ide seperti ini. Kami hanya berpikir terpenting hasil akhirnya. Tapi hari ini, jika tim bermain sepakbola membosankan, maka akan dikritik oleh fans sendiri, ini bukan masalahnya,” sambung pelatih 65 tahun itu
.

Dana Fantastis Jelang PD 2022

Sebuah patung raksasa trofi PD sudah terlihat di Doha, Qatar (Foto: Yahoo)
Sebuah patung raksasa trofi PD sudah terlihat di Doha, Qatar (Foto: Yahoo)
DOHA – Gelaran Piala Dunia 2022 memang masih sekira sembilan tahun lagi. Namun hal itu bukan berarti membuat sang tuan rumah, Qatar bisa bersantai. Terbukti, beberapa persiapan terus dilakukan negara timur tengah tersebut.

Dikutip Dirty Tackle, Rabu (10/7/2013), sebuah monumen atau patung raksasa berbentuk trofi piala dunia sudah mulai terlihat di Ibu kota Qatar, Doha, sebagai bentuk kesiapan negara tersebut menggelar pesta sepakbola dunia empat tahunan itu.

Layaknya negara timur tengah yang sukses dengan dunia bisnis perminyakan dan identik dengan tren menggelontorkan dana yang fantastis, Qatar juga sepertinya akan melakukan hal tersebut demi kelancaran PD 2022.

Dana sebesar USD200 miliar Rp1.992 triliun –kurs Rp9960- siap dikucurkan Qatar. Dana itu rencananya akan dibagi ke beberapa sektor yang menjadi elemen penyukses.

Alokasi dana tersebut diketahui dengan rincian sebagai berikut. USD140 miliar itu akan digunakan untuk infrastruktur transportasi, termasuk untuk renovasi bandara, jalan penghubung dan segala sesuatu yang berkaitan dengan 400 ribu penggemar yang diharapkan akan datang untuk turnamen selama sebulan.

Sementara sektor pariwisata mendapat subsidi dana sebesar USD20 miliar atau sekira 10 persen dari keseluruhan dana akan dilarikan untuk memaksimalkan sektor pariwisata negara berpenduduk 1,9 juta jiwa tersebut.

Dan, USD40 miliar sisanya baru akan dialokasikan ke titik yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan pertandingan sepakbola, seperti pembangunan stadion dan segala sesuatu yang diperlukan.

Selain itu, rencananya dari dana itu, akan digunakan untuk pembuatan patung animatronik presiden FIFA, Sepp Bletter sebagai bentuk penghormatan yang terbuat dari bahan platinium solid dan bisa terlihat dari luar angkasa.  

Dos Santos Resmi ke Villarreal

Giovani Dos Santos. (Foto: Reuters)
Giovani Dos Santos. (Foto: Reuters)
VILLARREAL – Villarreal terus bergerak di bursa transfer musim ini. Presiden Fernando Roig mengatakan telah resmi merampungkan kepindahan penyerang Giovani dos Santos.

Penyerang 24 tahun itu berambisi untuk bermain di liga teratas Spanyol, setelah Mallorca terdegradasi musim lalu. Dos Santos ingin menjaga peluang memperkuat Meksiko di Piala Dunia 2014 mendatang.

Beberapa tim ingin memakai jasanya. Awalnya Valencia merupakan unggulan untuk mendatangkan mantan pemain Tottenham Hotspur itu, sedangkan Atletico Madrid juga menyatakan minat yang sama terhadapnya.

Namun, sepertinya Villarreal yang akan memenangkan perlombaan untuk mendapatkan servis Dos Santos. “Setelah memastikan merekrut Tomas Pino, salah satu rekan setimnya dari Mallorca juga akan datang bersamanya, dia adalah Dos Santos,” kata Roig, diberitakan Goal, Rabu (10/5/2013).

Media Spanyol mengabarkan, Dos Santos akan resmi memperkuat Yellow Submarine pada 18 Juli mendatang dengan kontrak selama empat tahun.

Giggs Jadi Staf Pelatih

Ryan Giggs dan Rio Ferdinand (Foto: FIFA)
Ryan Giggs dan Rio Ferdinand (Foto: FIFA)
MANCHESTER –Peran ganda yang akan diemban winger gaek Manchester United, Ryan Giggs musim depan, yakni sebagai pemain sekaligus staf pelatih David Moyes, mendapat sambutan positif dari bek Setan Merah, Rio Ferdinand.

Defender yang kerap disapa Rio ini mengaku sangat mendukung langkah pengangkatan Giggsy –sapaan Giggs- sebagai asisten Moyes karena sebagai pemain senior, pengalaman pemain asal Wales tersebut akan mampu mendongkrak performa tim.

“Sungguh situasi yang sempurna dan sangat jitu (menunjuk Giggs sebagai asisten Moyes) karena dia sangat berpengalaman, dan juga ikon bagi tim kami. Semua pemain memiliki respek yang tinggi untuknya. Menjadi pemain atau pelatih, dia akan sama hebatnya,” cetus Rio, dilansir The Sun, Rabu (10/7/2013).

Selain itu, bek yang juga kakak kandung dari pemain Queens Park Rangers, Anton Ferdinand ini juga mengamini penunjukan eks pemain Manchester United yang sukses membawa Setan Merah merengkuhtreble winner 1999, Phil Neville yang menduduki jabatan serupa dengan Giggs.

“Pengangkatan mantan pemain ke jajaran pelatih seperti Phil Neville, seorang yang memiliki etos kerja yang bagus dan telah berperan banyak dalam tim, juga sebuah langkah yang tepat,” puji Rio.

“Ini akan menjadi bagus, karena dia telah menjadi bagian besar dari sejarah besar klub ini,” Rio menambahkan.

Selain menunjuk kedua pemain dari class of 92 menjadi “orang dapur” klub, Moyes juga membawa beberapa asisten dari klub lamanya, Everton. Pelatih 50 tahun asal Skotlandia itu membawa Steve Round (asisten manajer), Chris Woods (pelatih kiper) dan Jimmy Ludsen (pelatih)
.

Kecam Nike Soal Gotze

Phillip Lahm> (Foto: Reuters)
Phillip Lahm> (Foto: Reuters)


MUNICH – Kapten Bayern Munich, Phillip Lahm mengecam kebijakan Nike. Lahm kesal lantaran Nike meminta Gotze untuk tetap memakai salah satu kaosnya, saat perkenalan pemain yang dilakukan Bayern Munich.

Diketahui, raksasa asal Bavaria yang disponsori oleh Adidas itu, sangat terkejut ketika dua pemain baru Gotze dan Jan Kirchhoff, menggunakan kaos berlogo Nike. Gotze diperkenalkan Selasa 3 Juli.

Konsekuensinya, Die Roten memutuskan untuk memberikan dendakepada kedua pemain anyar mereka tersebut. Namun, Lahm menegaskan sponsor mereka yang harus disalahkan dan dia juga meyakinkan mereka sudah dimanipulasi oleh sponsor itu.

“Saya tidak ingin menuduh Mario dan Jan memiliki niat buruk. Tapi, saya sebaiknya berpikir pemain itu telah diperintahkan oleh sponsor mereka untuk memakai kaos itu saat perkenalan,” sesal Gotze.

“Mereka hanya melakukan apa yang sudah diperintahkan tanpa memikirkan akibatnya dan acara itu juga telah digunakan untuk tujuan pihak ketiga,” jelas pemain Timnas Jerman itu, diberitakan Goal, Rabu (10/7/2013).

“Jenis pemasaran ini bertentangan dengan kontrak jangka panjang mitra kami Adidas dan tidak sesuai dengan Bayern Munich,” sambungnya
.

Alonso Masih Cinta Liverpool

Xabi Alonso. (Foto: ist)
Xabi Alonso. (Foto: ist)


MADRID – Xabi Alonso percaya Brendan Rodgers akan mengembalikan superiotas mantan klubnya, Liverpool. Bukan hanya itu, Alonso juga yakin bahwa pria Wales itu dapat membantu The Reds berlaga di pentas terakbar, Liga Champions musim depan.

Dalam dua musim terakhir, Liverpool gagal finis dalam jajaran big four Premier League. Musim lalu, Steven Gerrard cs harus puas berada di urutan tujuh dengan catatan 16 menang, 13 imbang, dan sembilan kali kalah. Peran Si Merah pun tergantikan dengan kekuatan baru Manchester City.

“Kami percaya bahwa beberapa musim ke depan, tim akan datang lebih kompetitif dan kemudian meraih Liga Champions,” tegas Alonso, seperti dilansir Sportsmole, Rabu (10/7/2013).

“Saat Brendan (Rodgers) tiba, kami tahu bahwa itu adalah sebuah proyek selama beberapa musim. Langkah demi langkah mulai dilakukannya, dan dia mencoba menetapkan metodenya. Mungkin dia akan menemukan sedikit kesulitan dari yang diharapkannya, namun pada akhir musim dengan penandatanganan baru tim akan tampil baik,” tutur Alonso.

Meski menolak tawaran yang kembali diajukan Liverpool kepadanya, namun pemain berusia 31 tahun itu mengaku masih mencintai klub yang dibelanya sejak musim 2004-2009. Pasalnya, bersama Liverpool, Alonso berhasil merengkuh sejumlah gelar, di antaranya: FA Cup (2006), FA Community Shield (2006), UEFA Liga Champions (2005), dan UEFA Super Cup (2005).

“Saya menikmati lima musim yang menakjubkan, kami memiliki malam-malam dan pertandingan-pertandingan hebat. Kami juga berhasil merengkuh trofi Liga Champions, saya akan selalu mengenangnya sebagai sebuah sejarah, dan saya menjadi bagian di dalamnya,” kenang Alonso yang kini membela Real Madrid itu
.

Krisis Kepercayaan Rooney

Robin van Persie & Wayne Mark Rooney (Foto: Reuters)
Robin van Persie & Wayne Mark Rooney (Foto: Reuters)



BERITA SEPAKBOLA –
 Layaknya anak-anak muda di era sekarang, Wayne Rooney dikatakan tengah galau. Tak hanya soal performa, namun juga gosip transfer di sekelilingnya. Banyak pihak yang mencoba menelaah penyebabnya. Seperti Michael Owen yang menunjuk hidung Robin van Persie (RvP) sebagai biang keladinya.

Bagi Owen yang akhir musim lalu memutuskan gantung sepatu itu, eksistensi RvP yang sinar kebintangannya memikat publik Old Trafford, membuat Rooney malah minder alias mengalami krisis kepercayaan diri.

Bagaimana tidak? Di musim sebelumnya eks-gaffer Sir Alex acap menurunkan Rooney sebagai penyerang tengah sekaligus ujung tombak Setan Merah. Namun saat RvP datang, posisi Rooney tergeser dan RvP yang berperan sebagai juru gol utama.

“Saya rasa, ada satu hal yang menjatuhkan langkahnya musim lalu adalah kedatangan Robin van Persie. Dia datang dan menjadi pilar utama,” ungkap Owen kepada talkSPORT, Rabu (10/7/2013).

“Jika Anda seorang penyerang di sebuah tim dalam waktu yang lama dan ketika seseorang datang kemudian lebih dipilih karena hal-hal tertentu, itu akan menjatuhkan kepercayaan diri Anda. Alhasil, dia (Rooney) tak lagi merasa berada dalam top performanya,” lanjutnya.

Owen hanya berharap, pelatih anyar David Moyes bisa membangkitkan rasa pede Rooney lagi dengan memberinya kepercayaan lebih di tim. Pasalnya, Owen merasa tak ada tempat yang lebih baik dari pada Manchester United untuk seorang se-istimewa Rooney.

“Dia ingin mencetak banyak gol dengan posisi aslinya untuk Manchester United. Jika itu terjadi, maka dia akan lebih dari bahagia untuk bertahan. Situasi idealnya adalah tetap bersama United dan merasakan puncak penampilannya lagi. Kenapa juga dia harus pergi dari klub seperti Manchester United?,” imbuh penghobi pacuan kuda itu.

“Sekarang mereka punya pelatih baru, jadi semoga Moyes dan Rooney bisa berada di halaman yang sama, dia akan kembali dan menjebol banyak gol tahun depan. Kasusnya sekarang, dia harus memutuskan," sambung Owen lagi.

"Tapi yang pasti, tak ada tempat yang lebih besar dari Manchester United. Namun masalahnya apakah dia merasa diinginkan, dicintai dan dihargai? Dia ingin jadi pemain utama, juru gol utama dan saya rasa, itu yang jadi pemicunya,” tutupnya
.

Lima Pemain Liverpool Yang Sulit Digantikan

Minimnya pemain top di Liverpool membuat club tersebut minim prestasi
Liga Inggris~Prestasi Liverpool di musim lalu termasuk mengecewakan. Mereka hanya finis di peringkat ketujuh di Liga Primer Inggris dan tidak meraih satu gelar pun. Sejak meraih gelar liga di musim 1989/90 (masih disebut Divisi Utama), The Reds belum pernah lagi mendapatkan gelar liga. Untuk soal gelar, mereka memang berhasil meraih beberapa piala seperti Liga Champions di tahun 2005, Piala UEFA di tahun 2001 atau terakhir Piala Liga di tahun 2012 kemarin. 

Namun gelar liga sepertinya jadi yang paling diimpikan para Kopites karena mereka sudah tidak juara dalam rentang waktu sangat lama. Di musim 2013/14 nanti, harapan para pendukung tentunya sangat tinggi. Untuk gelar liga mungkin terasa kurang realistis, tapi setidaknya finis di empat besar atau lolos ke Liga Champions sudah merupakan langkah maju. Para fans tentunya akan senang dan klub bisa lebih mudah mendatangkan pemain-pemain kelas dunia. 

Untuk bisa bersaing di papan atas, apalagi di liga yang sangat ketat seperti Liga Primer, tiap klub harus mempunyai sejumlah pemain kelas dunia. Sayangnya, Liverpool hanya punya sedikit pemain yang bisa dibilang berkelas dunia seperti Steven Gerrard dan Luis Suarez. Nama terakhir bahkan kencang diisukan akan segera hengkang karena ingin bermain di Real Madrid atau di klub langganan peserta Liga Champions. Liverpool memang punya banyak pemain muda berbakat seperti Jordan Henderson, Raheem Sterling, Daniel Sturridge dan Philippe Coutinho, tapi keberadaan pemain senior yang sudah matang jelas tak kalah penting. 

Arsenal yang dibesut Arsene Wenger sudah dikenal kerap memunculkan pemain muda berbakat tapi selalu gagal meraih gelar sejak 2005. Tapi belakangan ini Wenger mulai mengubah kebijakan dengan mendatangkan satu atau dua pemain senior. Di musim 2012/13 lalu, Arsenal mendatangkan dua pemain senior kelas dunia yaitui Santi Cazorla dan Nacho Monreal yang langsung memberikan kontribusi positif bagi tim. Di bursa transfer musim panas ini, Arsenal dikabarkan sedang mengincar penyerang Real Madrid, Gonzalo Higuain dan bahkan belakangan memantau Wayne Rooney dan Suarez. 

Sementara itu, Liverpool sejauh ini belum mendatangkan pemain kelas dunia dan harus bersiap-siap kehilangan pemain kelas dunia dalam diri Suarez. Di musim lalu, pemain asal Uruguay itu mencetak 30 gol di semua kompetisi, tentu bukan hal yang mudah untuk mencari penggantinya. Ditambah lagi pensiunnya Jamie Carragher membuat tim besutan Brendan Rodgers ini kehilangan figur senior  di lini belakang. 

Bisa dibilang, Liverpool pernah mempunyai sejumlah pemain kelas dunia dan kalau ada yang pergi atau pensiun, maka posisinya digantikan pemain berkelas dunia lainnya sehingga mereka tetap bisa meraih banyak prestasi. Mereka pernah mempunyai gelandang serang kelas dunia Kevin Keegan dan kemudian digantikan Kenny Dalglish, striker kelas dunia Ian Rush yang kemudian digantikan John Aldridge, lalu Robbie Fowler dan kemudian Michael Owen. 

Namun mata rantai tersebut banyak yang terputus, seiring dengan kegagalan Liverpool meraih gelar liga sejak 1990. Banyak pemain kunci The Reds yang posisinya belum tergantikan dengan baik sampai saat ini, setidaknya ada lima pemain yang masuk dalam kategori tersebut. Jumlahnya memang bisa lebih banyak, tapi lima pemain ini setidaknya menggambarkan kehilangan yang sangat besar bagi Liverpool.

John Arne Riise (2001-2008)


Pemain Norwegia ini sekarang masih aktif bermain di Liga Primer bersama Fulham. Performa John Arne Riise memang termasuk biasa-biasa saja selama memperkuat Fulham maupun klubnya sebelumnya, AS Roma. . 

Posisi:

Klub asal:

Penampilan di liga/Gol:
Penampilan: keseluruhan/Gol

Gelar tim:





Klub berikutnya:
 
Bek kiri/sayap kiri
Monaco, Juni 2001
234/31
331/40

Juara Piala FA (1): 2006; Liga Champions (1): 2005; Piala Liga (1): 2003; Piala Super UEFA (2): 2001, 2005
AS Roma dan Fulham

Namun selama tujuh tahun memperkuat Liverpool, Riise termasuk pemain yang istimewa dan bahkan masih belum tergantikan. Ia memang pernah beberapa kali membuat kesalahan, tapi itu tidak sebanding dengan kontribusinya yang sangat besar selama di Anfield. 

Seperti halnya Jamie Carragher, pemain kelahiran 24 September 1980 ini mungkin bukan pemain dengan tehnik terbaik, tapi ia selalu tampil ngotot dan bermain sepenuh hati tiap kali diturunkan. Hal itulah yang membuat para Kopites selalu memberikan sambutan hangat tiap kali ia bermain di Anfield bersama Fulham. Riise sempat diplot sebagai gelandang sayap kiri tapi posisi terbaiknya adalah sebagai bek sayap kiri. 

Ia berperan besar dalam membawa Liverpool menjuarai Liga Champions 2005 dan Piala FA 2006. Riise bukan hanya lugas dan tanpa kompromi dalam bertahan, ia juga rajin membantu serangan berkat kecepatan yang dimilikinya serta tendangan kaki kirinya yang keras dan kerap menjebol gawang lawan. 

Faktanya, sejak kepergian Riise pada 2008 ke Roma, posisi bek kiri kerap bergant-ganti pemain. Fabio Aurelio sebenarnya pantas menjadi penerusnya, tapi masalah cedera membuatnya hanya mampu bermain beberapa laga dalam satu musim. 

Nama-nama lain seperti Andreas Dossena, Emiliano Insua and Paul Konchesky juga tak mampu meneruskan tugas tersebut. Jose Enrique memang menjadi pilihan utama di musim lalu, tapi permainannya dinilai masih belum konsisten dan tidak mempunyai kecepatan seperti Riise. Namun Enrique punya kelebihan dalam hal visi permainan yang lebih bagus. Kalau tidak diganggu masalah cedera dan bisa lebih meningkatkan performanya, Enrique bisa menjadi pengganti sosok Riise.

Sami Hyypia (1999-2009)

Tak pelak lagi, Sami Hyypia adalah salah satu pemain bertahan terbaik yang pernah mengenakan kostum Liverpool di era Liga Primer. Pemain asal Finlandia ini didatangkan dari Willem II pada 1999 dan hengkang sepuluh tahun kemudian ke Bayer Leverkusen. Hyypia sempat ditawarkan menjadi salah satu staf kepelatihan Rafael Benitez tapi menolaknya karena masih ingin terus bermain. Kepergian Hyypia yang waktu itu berusia 35 tahun mendapat hormat yang sangat besar dari para fans yang kemudian baru tersadar kalau ia sudah meninggalkan lubang besar di jantung pertahanan The Reds.

Posisi:

Klub asal:

Penampilan/Gol:
Penampilan: keseluruhan/Gol

Gelar tim:









Klub berikutnya:
 
Bek Tengah

Willem II, Mei 1999

318/22
460/35

Juara Piala FA (2): 2001, 2006; Liga Champions (1): 2005; Piala UEFA (1): 2001; Piala Liga (2): 2001, 2003; Piala Super UEFA (2): 2001, 2005

Bayer Leverkusen
Duet Hyypia dengan Carragher di sentral pertahanan termasuk duet terbaik yang dimiliki Liverpool. Hyypia tangguh dalam bola-bola atas dan kerap membuat gol lewat sundulannya yang terukur. Ia menjadi kapten tim, bergantian dengan Robbie Fowler, saat Liverpool meraih treble di musim 2000/01. 

Saat ditangani Benitez yang mengutamakan kekuatan di lini belakang, Hyypia berperan besar di dalamnya. Di musim 2005/06, Liverpool mencetak rekor dengan tidak kebobolan dalam 11 laga berurutan di Liga Primer, dan dalam 11 laga tersebut Hyypia turun selama 90 menit penuh.

Di musim 2008/09 yang merupakan musim terakhirnya, Liverpool finis di peringkat kedua Liga Primer dengan hanya mengalami dua kekalahan. Hyypia total bermain dalam 318 laga dan mencetak 22 gol di liga. Setelah kepergiannya, di musim 2009/10 performa Liverpool menurun drastis terutama di lini pertahanan. Mereka mengalami dua kekalahan dalam tiga laga awal yang ditandai rapuhnya pertahanan mereka. 

Masalah itu terjadi sepanjang musim seiring dengan cedera yang dialami Daniel Agger, performa Martin Skrtel yang kurang konsisten dan Carragher seperti kehilangan partner terbaiknya. 

Sampai saat ini The Reds belum menemukan duet lini belakang yang tangguh dan konsisten seperti duet Hyypia-Carragher. Sebagian besar fans Liverpool kemungkinan akan setuju kalau dalam 464 laga selama memperkuat Liverpool di semua kompetisi, jumlah laga Hyypia bermain buruk kurang dari sepuluh jari. 



Steve McManaman (1990-1999)

Steve McManaman termasuk pemain terbaik yang pernah dimiliki Liverpool, tapi sayangnya bermain di era yang kurang tepat. Selama dekade 1990-an, Liverpool sedang miskin prestasi. 



Posisi:


Penampilan/Gol:
Penampilan: keseluruhan/Gol

Gelar Tim:



Klub berikutnya:



Gelandang sayap/gelandang serang

274/47
364/66

Piala FA (1): 1992; Piala Liga (1): 1995


Real Madrid dan Manchester City
                                        
Hanya dua gelar yang pernah dirasakan McManaman saat memperkuatThe Reds yaitu Piala FA (1992) dan Piala Liga (1995). Namun yang paling menyakitkan bagi para fans adalah kepergian gelandang asal Inggris itu ke Real Madrid pada 1999 dengan status bebas transfer.

McManaman adalah pemain idola The Kop. Cepat dalam menggiring bola, kemampuan dribelnya luar biasa dan mampu melewati hadangan lawan dengan tehnik tinggi. Ditambah dengan kecepatan yang mengagumkan dan kerap mencetak gol lewat aksi solonya, para fans selalu terhibur dan tak pernah menyaksikan hal seperti itu setelah masa-masa emas John Barnes. 

Berbeda dengan Barnes, McManaman bisa ditempatkan sebagai gelandang sayap, gelandang serang maupun playmaker. Pemain kelahiran 11 Februari 1972 itu secara kontroversial hengkang ke Madrid dan menjadi top Inggris pertama yang meninggalkan klubnya dengan status bebas transfer setelah mulai berlakunya Aturan Bosman. 

Para fans tentunya marah dan menyesali kepergian McManaman, karena ia merupakan produk asli akademi Liverpool dan membuat klub mereka memainkan sepakbola menyerang yang atraktif sejak era Barnes, Rush dan Peter Beardsley. Pemain yang akrab disapa Macca ini membuat lini depan Liverpool sangat tajam dan disegani terutama berkat kerjasamanya dengan Robbie Fowler, Stan Collymore dan kemudian Michael Owen. 

Sayangnya, kelemahan di sektor belakang membuat mereka selalu gagal menuai prestasi dan piala.  Masalah prestasi memang menjadi alasan utama Macca untuk pergi dan mendarat di Santiago Bernabeu. Selama empat musim memperkuat Madrid, Macca berhasil meraih dua gelar La Liga Spanyol dan dua gelar Liga Champions. Ia menjadi pemain Inggris pertama yang memenangkan Liga Champions bersama klub non-Inggris. 

Hasil itu seperti membuktikan betapa kehilangan besar Liverpool pada pemain sekelas Macca. Sampai kedatangan Suarez di Januari 2011, tidak ada lagi pemain Liverpool yang mampu menyamai kemampuan McManaman dalam melewati dan mengelabui lawan serta punya tehnik serta trik luar biasa untuk lolos dari hadangan lawan. Kehilangan itu bisa terasa lebih panjang lagi kalau Suarez benar-benar hengkang.

John Barnes (1987-1997)
Masa jaya Liverpool di akhir 1980-an tak lepas dari peran besar seorang John Barnes. Gaya permainan Barnes sangat mengesankan, menghibur dan punya kualitas tehnik luar biasa.

Posisi:

Klub asal:


Penampilan/Gol:
Penampilan: keseluruhan/Gol
Gelar tim:
  




Klub berikutnya:

Gelandang sayap

Watford, Agustus 1987

314/84
403/106

Liga Primer (2): 1988,1990; Piala FA (2): 1989, 1992; Piala Liga (1): 1995
Newcastle United, Charlton Athletic dan Celtic
Pemain Liverpool lainnya yang mempunyai kemiripan dengannya baik secara kualitas maupun gaya bermain adalah McManaman. Bedanya, Barnes yang lahir di Jamaika adalah pemain sayap sejati. Menempati posisi gelandang sayap kiri, ia memperkuat Liverpool selama sepuluh tahun (1987-1997) dan merebut dua gelar liga, dua Piala FA dan satu Piala Liga. 

Masalah cedera di awal 1990-an sempat membuat performanya menurun dan berdampak pada penurunan prestasi klub. Di masa keemasannya, Barnes bersama Rush dan Beardsley dikenal sebagai tiga serangkai berkat produktivitas dan kerjasama mereka yang atraktif. Para fans seperti tersihir tiap kali Barnes merangsek dari sisi kiri, mengelabui dan melewati lawan lalu mengirim umpan terukur ke sentral pertahanan lawan atau masuk ke tengah dan membuat gol dengan kaki kirinya. 

Gaya permainan Barnes memang mengundang lawan untuk melakukan pelanggaran, tindakan yang membuat dirinya kerap mengalami cedera. Situasi itu membuat performanya mulai menurun dan jarang menjadi pilihan utama. Pelatih Liverpool di masa itu Graeme Souness beberapa kali menempatkan Barnes sebagai gelandang serang dan bahkan gelandang bertahan. Permainannya mulai membaik kembali setelah Roy Evans menjadi pelatih di tahun 1994. 

Bersama pemain muda seperti McManaman, Fowler dan Jamie Redknapp, Barnes menjadi panutan utama dan membuat Liverpool kembali memainkan sepakbola menyerang yang atraktif. Setelah memutuskan hijrah ke Newcastle pada 1997, Barnes total bermain dalam 314 laga dan mencetak 84 gol di liga. Saat laman resmi Liverpool membuat survei bertajuk ‘100 Pemain Yang Mengguncang The Kop’ di tahun 2006, nama Barnes berada di urutan kelima di bawah Fowler, Rush, Gerrard dan Dalglish. 

Kehebatannya bukan hanya diakui Liverpool tapi juga lawan-lawannya maupun pelaku sepakbola Inggris lainnya, termasuk dari dua legenda Manchester United, George Best. Pemain legendaris Inggris, Tom Finney, bahkan mengatakan,” Pemain seperti Barnes hanya ada sekali seumur hidup”. McManaman sempat digadang-gadang sebagai penerus Barnes, tapi ia justru hengkang dua tahun setelah Barnes pergi. Sampai sekarang belum ada pemain sayap seeksplosif Barnes dengan kualitas prima dan produktif dalam mencetak gol.


Xabi Alonso (2004-2009)
Liverpool pernah punya pengumpan bola terbaik dalam diri Xabi Alonso, dan setelah kepergiannya belum ada lagi yang mampu melebihi atau bahkan menyamai kemampuannya. Salah satu pemain terpenting dan mungkin terbaik yang pernah didatangkan Benitez adalah Alonso. 

Posisi:

Klub asal:

Penampilan/Gol:
Penampilan: keseluruhan/Gol
Gelar tim:
   




Klub berikutnya:






Gelandang

Real Sociedad, Juli 2004

143/15
210/19
Liga Champions (1) 2005; Piala Super UEFA (1): 2005; Piala FA (1): 2006

Real Madrid





Pemain kelahiran 25 November 1981 itu didatangkan dari Real Sociedad pada musim panas 2004. Selama lima musim, Alonso mempertontonkan kehebatannya, dengan umpan-umpan terukur dan kolaborasi apik bersama Gerrard yang membuat para fans mengaguminya. Tak pelak lagi, Alonso merupakan maestro lini tengah. 

Yang paling diingat dari Alonso mungkin adalah golnya ke gawang AC Milan di final Liga Champions 2005. Tendangan penaltinya sempat ditepis Dida tapi ia berhasil melakukan rebound dan terciptalah gol penyama kedudukan yang membuat Liverpool bangkit dan akhirnya memenangkan laga. Atau mungkin saat pemain asal Spanyol itu mencetak gol jarak jauh dari daerah pertahanan timnya ke gawang Newcastle United di awal-awal musim 2006/07.  Tapi pengaruhnya terasa jelas saat pergi ke Madrid di musim 2009/10. 

Di musim terakhirnya, Liverpool finis di peringkat kedua Liga Primer dan melaju sampai perempat-final Liga Champions setelah di babak 16 Besar mengalahkan Madrid dengan agregat gol 5-0.  Ironisnya, di akhir musim justru Madrid yang lagi-lagi membuat fans Liverpool patah hati, sesuatu yang bisa saja terulang di tahun ini kalau mereka benar-benar mengontrak Suarez. Setelah memboyong McManaman di tahun 1999, klub La Liga itu mengangkut Alonso ke Bernabeu. 

Alonso ditengarai memutuskan untuk hengkang karena Benitez berencana mendatangkan Gareth Barry yang diyakini akan menggeser posisinya dan kemudian menerima pinangan Los Blancos. Benitez mendatangkan Alberto Aquilani dari Roma untuk menggantikan posisi Alonso. Namun sejak awal para fans sudah pesimis karena Aquilani datang dalam kondisi cedera serius. Terbukti, gelandang asal Italia itu kesulitan beradaptasi dengan atmosfer sepakbola Inggris. 

Ia pun baru bisa dimainkan pada pertengahan musim dan hanya sembilan kali bermain sebagai starter. Dampak hengkangnya Alonso juga sangat terasa terhadap kekuatan Liverpool terutama di liga domestik. Di musim 2009/10, mereka gugur di babak penyisihan grup Liga Champions dan sejak itu belum pernah lolos lagi ke kompetisi bergengsi antarklub Eropa itu serta ditandai tiga kali pergantian pelatih. Namun berbeda dengan pemain lainnya, ada kemungkinan Alonso akan kembali ke Anfield. 

Ia pernah mengatakan kalau bermain untuk Liverpool adalah masa-masa terbaiknya dalam bermain sepakbola. Sikap sang pemain yang menolak tawaran kontrak baru dari manajemen Madrid, membuat kabar tersebut semakin mengemuka. Sulit untuk membayangkan hal itu akan terwujud. Tapi di jaman sekarang ini, hal-hal aneh bisa saja terjadi di sepakbola. Kalau Alonso benar-benar kembali, maka tak diragukan lagi ia akan disambut bak pahlawan.

Skuat AS Roma Lapar

Francesco Totti
Liga Italia~Kapten AS Roma Francesco Totti menegaskan ada motivasi besar dalam skuat timnya untuk menebus buruknya performa di musim lalu.

Seperti yang diketahui, Roma gagal menembus pentas Eropa musim depan karena tidak mampu berada di lima besar klasemen akhir Serie A. Roma juga mengalami kekalahan menyakitkan di Coppa Italia setelah dibekuk 1-0 di partai final yang bertajuk derby della Capitale.

"Musim lalu berjalan dengan sangat sulit. Tahun ini kami harus menampilkan performa yang lebih baik lagi," ujar Totti kepada Roma Channel.

"Tim ini sedang lapar dan kami ingin melakukan balas dendam setelah apa yang terjadi di musim lalu."

Bayern Munich Tekuk Brescia

Persiapan Jelang Kompetisi Liga Jerman, Brescia tidak mampu membendung keperkasaan bayern munich
Laga Ujicoba~Bayern Munich terus melanjutkan persiapan jelang kompetisi baru dengan kemenangan 3-0 atas Brescia di Stadion vin Arco, Selasa (9/7).
Jawa Bundesliga Jerman menurunkan pemain penting termasuk Franck Ribery, Mario Mandzukic dan Thomas Muller, di mana striker Jerman membuka skor melawan tim Serie B.
Mandzukic berperan besar dalam terciptanya gol pembuka, memaksa kiper Brescia Alessio Cragno melakukan penyelamatan yang buruh sehingga memudahkan Muller menceploskan si kulit bundar di menit ke-23.
Bayern menggandakan keunggulan sembilan menit kemudian, dengan Ribery sebagai arsitek. Menusuk melalui pinggir lapangan, Ribery kemudian memberikan umpan kepada Muller yang dilanjutkan kepada Toni Kroos untuk memaksimalkan peluang.
Skor 2-0 bertahan hingga menit 90 ketika Jan Kirchhoff, pemain muda yang baru didatangkan dari Mainz, menutup skor Die Roten. Sundulan pemain 22 tahun tak mampu dihalau kiper lawan setelah sempat terjadi kemelut di depan gawang sekaligus membawa pelatih anyar Pep Guardiola mengantongi kemenangan keempat dari empat laga persabahatan.

Liverpool Menuju Kebangkitan, Mungkinkah?


Getty Images/Andrew Powell

Liverpool - Meski musim lalu finis di posisi tujuh, Liverpool disebut Xabi Alonso ada jalur yang tepat menuju kebangkitan. The Reds hanya harus memberi waktu lebih buat Brendan Rodgers.

Menuntaskan kompetisi di posisi tujuh, Liverpool tertinggal 12 poin dari Arsenal yang finis di urutan empat. Meski gagal masuk zona Eropa, penggawa The Reds menutup musim dengan penuh optimisme karena penampilan yang terus membaik di paruh kedua musim 2012/2013.

Keyakinan serupa dimiliki mantan pemain Liverpool, Xabi Alonso. 'Si Merah' disebut gelandang Real Madrid itu tengah menapaki jalan untuk kembali menjadi tim yang kompetitif, yang bisa bertarung memperebutkan tiket Liga Champions.

"Well, saya pikir, terutama di akhir musim, kita bisa melihat buah yang dipetik dari hasil kerjanya (Rodgers). Saat Brendan datang kita tahu kalau itu merupakan sebuah proyek jangka panjang untuk beberapa tahun, dan setahap demi setahap dia memulai musim dengan mencoba mengukuhkan metodenya," sahut Alonso dalam wawancaranya denganestoesanfield dan dikutip dari ESPNFC.

Meski belum ada nama besar didatangkan, Liverpool sejauh ini sudah cukup aktif di bursa transfer musim panas. Demi meujudkan ambisi masuk empat besar musim depan nama-nama seperti Luis Alberto, Iago Aspas, Simon Mignolet, dan Kolo Toure sudah diboyong ke Anfield.

"Mungkin dia (Rodgers) menyadari kalau kondisinya lebih sulit dari yang diprediksikan, tapi di akhir musim dengan adanya pemain baru masuk, tim bisa bermain dengan baik. Jadi kami yakin kalau dalam beberapa tahun ke depan tim ini akan solid, menjadi lebih kompetitif dan masuk Liga Champions. Itu adalah situasi yang kami inginkan," lanjut gelandang yang bermukim di Anfield dalam selang 2004 sampai 2009 itu.

Inilah Kiper Paling Sering Blunder di Premier League 2012/2013

Joe Hart 
Adakah kegagalan Manchester City mempertahankan gelar juara dipengaruhi performa Joe Hart? Meski tak signifikan, itu mungkin saja terjadi karena dia masuk di daftar lima besar kiper paling banyak blunder musim lalu.

Kiper dianggap menanggung beban paling besar di antara 11 pemain di atas lapangan. Pemain di posisi lain akan dapat pemakluman andai membuat kesalahan karena rekannya bakal mencoba meminimkan efek buruk yang muncul. Tapi jika kiper membuat blunder, gol jadi ancaman yang hampir pasti terjadi.

Di Premier League musim 2012/2013, beberapa kiper tercatat kerap melakukan blunder. Sebagian besar di antaranya berung gol, sementara yang lainnya cuma berujung ancaman ke arah gawang.

Dari lima kiper yang paling sering melakukan blunder, ada dua nama top yakni Pepe Reina dan Joe Hart. Berikut daftar tersebut seperti dikutip dari Squwka.



Pepe Reina (Liverpool)

Pepe Reina menempati posisi kelima sebagai kiper yang paling sering blundermusim lalu. Meski di paruh kedua musim performanya jauh membaik, kiper asal Spanyol itu dapat beberapa kritik atas performanya yang tak meyakinkan bersamaThe Reds di awal kompetisi.

Salah satu blunder terburuk yang dibuat Reina adalah saat Liverpool berhadapan dengan City. Bermain di Etihad Stadium, Liverpool yang sempat ketinggalan akhirnya bisa balik unggul melalui Daniel Sturridge dan tendangan jarak jauh Steven Gerrard. Liverpool sepertinya akan bisa membawa kemenangan, namun di menit 77 Reina membuat kesalahan saat dia memilih mengejar Sergio Aguero ke luar kotak penalti dan kemudian harus rela melihat gawangnya jebol oleh aksi striker Argentina itu.

Reina total membuat enam kesalahan sepanjang musim 2012/2013 lalu, di mana empat di antaranya berujung terciptanya gol ke gawang Liverpool. Menyusul kedatangan Simon Mignolet from Sunderland, Reina harus memperbaiki performanya kalau tak mau kehilangan posisi kiper utama.

Michel Vorm (Swansea City)

Setelah tampil impresif di musim 2011/2012, performa Michel Vorm jadi tak menjanjikan di musim yang baru saja tuntas. Meski cuma bermain sebanyak 26 kali, akibat cedera paha yang dialami, kiper berpaspor Belanda itu berada di posisi tiga sebagai penjaga gawang yang paling sering blunder.

Penampilan Vorm dianggap mengecewakan karena dia total membuat tujuh kesalahan dengan lima di antaranya berujung terciptanya gol ke gawang Swansea. Jika dirata-rata, Federici membuat blunder yang berujung gol setiap 462 menit sekali. The Swans menyudahi musim di posisi sembilan, dengan total kemasukan 51 kali.

Adam Federici (Reading)

Di antara lima nama yang masuk daftar ini, Adam Federici jadi kiper dengan jumlah penampilan paling sedikit karena dia cuma dimainkan 21 kali. Tapi dari jumlah tersebut dia 'berhasil' duduk di posisi kedua daftar kiper paling sering blunder.

Sepanjang musim yang baru saja tuntas, Vorm membuat tujuh kesalahan dan lima di antaranya berujung gol ke gawang Reading. Jika dirata-rata, Federici membuat blunder yang berujung gol setiap 378 menit sekali. Reading menyudahi kompetisi di posisi 19, yang membuat mereka harus mengucap selamat tinggal pada Premier League.





Ali Al-Habsi (Wigan Athletic)

Di posisi teratas kiper terburuk terkait jumlahblunder yang dilakukan adalah Ali Al-Habsi dari Wigan Athletic. Menjalani 29 pertandingan sepanjang musim lalu, kiper asal Oman itu total membuat 10 kesalahan. Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya berujung terciptanya gol.

Catatan tersebut membuat rasio kebobolan karena blunder Al-Habsi jadi yang paling buruk musim lalu. Al Habsi membuat kesalahan yang berujung gol rata-rata setiap 372 menit, atau membuat satu blunder yang menjadi gol tiap empat pertandingan.

Di akhir musim, Wigan finis pada posisi 18 dan terdegradasi ke Divisi Championship.

Bursa Transfer Paling Buruk Barcelona

Zlatan Ibrahimovic

Saat memboyong Zlatan Ibrahimovic dari Inter Milan di tahun 2009, Barcelona disebut menggelontorkan uang hingga 66 juta euro. Rinciannya adalah; uang transfer Ibra senilai 46 juta euro dan harga Samuel Eto'o, yang dikirim ke Inter sebagai bagian dari pembelian tersebut, sebesar 20 juta euro.

Ibra ternyata cuma bertahan satu musim di Camp Nou, di mana dia tampil dalam 45 pertandingan di semua kompetisi dan membuat 21 gol. Relasinya yang buruk dengan Josep Guardiola dan gaya bermainnya yang dianggap tak cocok dengan tiki-taka Blaugrana membuat dia 'pulang' ke Italia di awal musim berikutnya.

Adalah AC Milan yang beruntung mendapatkan tenaga Ibra. Meski status awalnya cuma pinjam, Milan kemudian mempermanenkan striker Internasional Swedia itu dengan harga hanya 24 juta euro. Itu artinya bisnis Barca terkait Ibra adalah minus 42 juta euro hanya dalam kurun dua musim.

David Villa

Dana 40 juta euro ditransfer Barcelona ke Valencia saat mendatangkan David Villa di awal musim 2010/2011. Ketika itu Villa dapat kontrak berdurasi empat tahun, plus gaji yang sangat besar yang disebut-sebut hanya kalah dari apa yang didapat Lionel Messi.

Tapi Villa kemudian cuma bertahan tiga musim di Camp Nou, setelah malam tadi dia dilepas ke Atletico Madrid. TIga musim bermukim di Barcelona, Villa ikut berperan dalam diraihnya delapan trofi yang dimenangi Barca. Tapi dia tak bisa benar-benar sukses jadi andalan mencetak gol, lihat saja statistiknya yang 'cuma' membuat 48 gol dari 116 pertandingan di seluruh kompetisi.

Masih berusia 31 tahun, Villa dilepas hanya dengan 5,1 juta euro ke Atletico Madrid. Jumlah tersebut 34,9 juta euro lebih sedikit dibanding saat dia diboyong dari El Che tiga tahun lalu. Sebuah ironi mengingat Villa saat ini masih menyandang status top skorer tim nasional Spanyol dengan 56 gol yang sudah dia sumbangkan.





Henrique Adriano Buss

Sebagian mungkin asing dengan nama Henrique Adriano Buss. Tapi pemain asal Brasil yang berposisi sebagai bek ini pernah memperkuat Barcelona, atau setidaknya pernah dibeli pada musim 2008/2009.

Barcelona harus mengeluarkan uang senilai 16,5 juta euro untuk memboyongnya dari Palmeiras. Dengan alasan menambah pengalaman, Henrique lantas dipinjamkan ke Bayer Leverkusen, di mana dia bermain sebanyak 30 kali di musim 2008/2009.

Setelah satu musim terlewati, Henrique ternyata tak juga dapat peluang di Barca karena dia langsung dipinjamkan lagi ke Racing Santander. Nasib Henrique tak juga membaik karena di musim 2010/2011 Barcelona memutuskan memperpanjang periode peminjamannya di Santander. Setahun kemudian dia dilepas Barcelona dengan cuma-cuma, dan akhirnya kembali Palmeiras.

Untuk Henrique, Barcelona kehilangan 16,5 juta euro hanya dalam tiga tahun.

Alexander Hleb

Tampil hebat di Arsenal, Alexander Hleb membuat Barcelona terpikat padanya dan harus mengeluarkan uang sebesar 15 juta euro untuk memboyongnya di musim 2008/2009. Gelandang asal Belarusia itu menandatangani kontrak berdurasi empat musim bersama Barcelona, meski keberadaannya di klub tersebut ternyata sangat singkat.

Pada musim Barcelona meraih treble winnerstersebut Hleb jarang dapat kesempatan bermain karena dia hanya tampil 19 kali di La Liga. Hleb kemudian dikirim ke VfB Stuttgrat pada musim 2009/2010 dengan status pinjaman. Periode peminjaman Hleb berlanjut ke Birmingham City dan Wolfsburg. Namun cedera membuat dia tak bisa berkontribusi banyak di klub-klub tersebut.

Pada Januari 2012, Barcelona dan Hleb akhirnya sepakat untuk memutus kontrak antara mereka. Hleb pun lantas memperkuat klub Rusia, Krylia Sovetov Samara, dan pulang ke BATE Borisov pada 2012/2013.



Keirrison

Satu pemain Brasil lainnya yang flop di Barcelona setelah dibeli dengan biaya cukup timggi adalah Keirrison de Souza Carneiro. Barca harus merogoh kocek sebesar 14 juta euro untuk memboyongnya dari Palmeiras di musim panas 2009 plus kontrak jangka panjang berdurasi lima tahun.

Meski punya ambisi besar melanjutkan tradisi nama-nama besar pemain Brasil yang meraih sukses di Barcelona, kisah serupa tak pernah terjadi pada Keirrison. Josep Guardiola langsung mengirimnya menjalani periode peminjaman ke Benfica, lalu lanjut ke Fiorentina, Santos, Cruzeiro EC dan kini bergabung kembali dengan Coritiba sampai akhir musim 2013/2014.

Sejauh ini 14 juta euro yang dikeluarkan Barcelona pada Keirrison belum berbalas apapaun karena dia malah sama sekali belum pernah diturunkan di laga resmi.