Monday, June 17, 2013

Mengenal Legenda Sepakbola Michel Platini


Michel Platini

Michel Fancois Platini (lahir21 Juni 1955) adalah seorang legenda sepakbola dari prancis, ia juga merupakan mantan pelatih sepakbola, dan kini beliau menjabat sebagai President UEFA (Organisasi Sepakbola Eropa) sejak 2007.

Sepanjang karir sebagai pemain sepakbola profesional, Patini tercatat pernah membela klub Nancy, Saint-Etienne, dan Juventus. di timnas prancis Platini tercatat sebagai salah satu anggota timnas Prancis yang berhasil menjuarai Piala Eropa 1984, sebuah ternamen yang membuat dirinya terpilih menjadi pemain terbaik dan tampil sebagai pencetak gol terbanyak. Bersama timnas prancis Platini pernah ikut berpartisipasi 3 kali di turnamen Piala Dunia (1978, 1984, 1986), dengan tampil 2 kali sebagai semifinalis.

Di masa timnas Prancis, Platini bersama Alain Giresse, Luis Fernandez, dan Jean Tigana, dijuluki 'Carre Magique' (dari bahasa Prancis yang artinya 'persegi sihir'. Keempatnya merupakan pemain tengah yang sangat disegani sepanjang tahun 1980an.

Platini dikenal sebagai pengumpan dan pengeksekusi tendangan bebas yang handal. 


Bermain sebagai seorang gelandang serang, Platini memiliki catatan gol yang melebihi catatan gol striker. Sebagai contoh, catatan golnya pada putaran final Piala Eropa 1984, 9 gol yang ia torehkan, hingga kini belum ada yang dapat menyamai atau bahakan melewati catatan tersebut. Rekor tersebut hanya dapat didekati oleh Van Basten, Patrick Kluivert (Belanda), Alan Shearer (Inggris), Savo Milosevic (Yugoslavia), dan Milan Baros (Rep Ceko) yang masing-masing mencetak 5 gol dan kelima nya tercatat berposisi penyerang.

Di Timnas Prancis rekor 41 golnya baru dapat dilewati Thierry Henry pada tahun 2007.


Awal Karir
Bakat Platini mulai terpantau pada usia 16 tahun, dimana Platini tampil pada turnamen Coupe Gambardella ketika ia membela tim Joeuf junior. Pelatih tim junior Metz yang menjadi lawannya pada saat itu tertarik engan penampilannya, lalu merekomendasikannya untuk mengikuti seleksi timnya. Namun sayang kesempatan itu hilang karna Platini mendapat cidera pada saat itu. Pada kesempatan kedua untuk bergabung bersama tim favorit masa kecilnya, Metz. Platini kembali gagal, kali ini disebabkan hasil analisa kesehatan dari dokter yang menyatakan Platini memiliki gangguan pernapasan dan jantung lemah.

Setelah gagal di terima di tim junior Metz, Platini akhirnya di terima untuk bergabung dengan tim cadangan Nancy yang juga klub tempat ayahnya yang keturunan Itali pernah berkarir.

KarirBersama Nancy (1972 - 1979) 
Bersama tim cadangan Nancy, Platini dengan cepat berkembang dan membuat klubnya terkesan dengan penampilannya. Platini mencetak Hat-Trick pertamanya dalam pertandingan melawan tim cadangan Wittelsheim. Tak pelak atas penampilan-penampilannya yang berkesan, Platini dipromosikan ke tim utama.
Di tim utama Platini untuk pertama kalinya tampil sebagai pemain pengganti melawanValenciennes. Platini tampil untuk pertama kalinya sebagai starter ketika melawan Nimes pada tanggal 3 Mei 1973.

Pada bulan maret 1974 Platini mengalami keunduran ketika ia dibekap cidera dalam
pertaningan di kandang OGC Nice. Platini tidak tidak dapat menyelesaikan sisa pertandingan pada musim tersebut hingga mengakibatkan ia tidak dapat membantu Nancy menghindari zona degradasi dari Ligue 1. Namun pada musim berikutnya Platini membanti Nancy promosi kembali ke divisi pertama. Platini menjadi pemain yang paling penting di timnya kala itu dengan catatan 17 gol, beberapa gol dicetaknya melalui tendangan bebas. Saint-Etienne yang kala itu tampil sebagai juara liga prancis pun tersingkir dari Piala Prancis akibat dua gol yang dilesakan oleh Platini. 

Sekembalinya Nancy ke Ligue 1 dibarengi dengan pemanggilan Platini untuk mengikutu program wajib militer yang diselenggarakan negaranya. Hal tersebut membuatnya jarang untuk mengikuti pertandingan bersama Nancy.

Selepas kewajiban militernya, penampilan Platini semakin maksimal dan terus mengundang decak kagum. Timnas Prancis pun tidak lupa mengundanya untuk berpartisipasi mengikuti ajang Olimpiade Montreal 1976.

Sebelum mengikuti ajang Piala Dunia pertamanya pada 1978 di Argentina, Platini memenangkan trofi besar pertama dalam karirnya. Tampil sebagai kapten Nancy, Platini berhasil berhasil mengalahkan Nice di partai final Piala Prancis.

Meski sering dibekap cidera, banyak klub yang berminat menggunakan jasanya, diantaranyaParis Saint-Germain dan Saint-Etienne. Setelah kontraknya hampir berakhir bersama Nancy pada 1979, akhirnya Platini memilih bergabung dengan Saint-Etienne. 

Karir Bersama Saint-Etienne (1979 - 1982)
Saint-Etienne  mengontrak Platini agar mereka dapat menobrak prestasi klub di ajang internasional. 
Meski sempat meraih hasil yang cukup baik di ajang Champions Cup (yang kini telah beganti nama menjadi UEFA Champions League), seperti menang 6-0 atas PSV pada musim 1979-80,dan menang 5-0 atas Hamburg SV di musim  berikutnya, Platini tidak mampu membawa Saint-Etiennemelampaui prestasi klub tersebut yang sebelumnya sempat mencapai babak final pada tahun 1976.

Bersama Verts Les (julukan Saint-Etienne), Platini sempat menjuarai Liga Prancis pada tahun 1981, namun gagal dua kali di partai final Piala Prancis setelah dikalahkan Bastia (1981) dan Paris Saint-Germain (1982).


Karir Bersama Juventus (1982-1987)
Setelah dianggap kurang berhasil di Saint-Etienne, di tahun 1982 Platini bergabung engan klub Itali, Juventus. Bersama tim yang seebagian besar baru saja menjuarai Piala Dunia 1982. Platini sempat mengalami kendala penyesuaian diri di dalam tim pada awalnya. Hal tersebut ikut mempengaruhi penampilan Juventus di awal musim, media itali pun terus mengkritik dan menuntut penampilan yang lebih baik dari Platini untuk Juventus.

Nyaris putus asa, Platini pun diisukan akan meninggalkan itali pada liburan musim dingin di tahun pertamanya bersama Juventus. Perlahan namun pasti, Platini meningkatkan penampilannya, bersamaan dengan perubahan taktik yang dilakukan Juventus pada pertenghan musim. Platini pun akhirnya mampu membawa Juventus hingga partai final Piala Eropa di musim pertama nya, namun akhirnya kalah dari Hamburg SV di partai final. Sebagai hiburan kepada para supporter Platini berhasil membawa Juventus menjuarai Piala Italia.
Pada musi-musim berikutnya Platini tampil semakin baik hingga memenangkan berbagai gelar bersama Juventus (Juara Liga Itali 1984 dan 1986, Piala Winners Eropa pada tahun 1984, Piala Eropa 1985 dan Piala Intercontinental 1985).

Bersama Juventus Platini tercatat sebbgai pencetak gol terbanyak di Serie-A untuk tiga musim berturut-turut (1982 - 1985).  
Pada tahun 1984 dan 1985 Platini terpilih sebagai Player of The Year oleh majalah World Soccer.

Pada final Piala Eropa tahun 1985 dimana Platini tampil sebagai juara bersama Juventus, Ia pun sekaligus menjadi saksi sejarah tragedi Heysel yang pada pertandingan tersebut terjadi kerusuhan yang mengakibatkan 39 orang meninggal dan 600an orang lika-luka.

Setelah Piala Dunia 1986 di Meksiko, Platini menghabiskan satu musim lagi di Juventus sebelum pensiun dari sepakbola pada Juni 1987.

Internasional Karir
Setelah penampilan memukau Platini pada turnamen Coupe Gambardella, Platini dipanggil untuk pertama kalinya untuk menjadi anggota Timnas Junior Prancis. Debutnya tercatat pada tanggal 26 September 1973.
Di tim Junior Platini ikut memiliki andil ketika meloloskan Prancis ke babak utama Olimpiade Montreal, 1976. Pada pertemuan pertama babak kualifikasi Olimpiade melawan Rumania. Platini membawa Prancis yang bertindak sebagai tuan rumah, memenangi pertandingan dengan skor 4-0, dan seri 1-1 pada pertemuan kedua di kandang Rumania.

Penampilan apik Platini menggoda Pelatih Timnas Senior Prancis pada saat itu, Michel Hidalgo untuk memanggilnya. Platini pun kemudian menjalani debutnya di Timnas Senior ketika Prancis melawan Cekoslovakia pada sebuah pertandingan persahabatan.

Di Olimpiade musim panas Montreal, Kanada di tahun 1976. Platini membawa Prancis tampil memukau dengan mengalahkan Mexico dan Guatemala dengan skor masing-masing 4-0, lalu seri 1-1 melawan Israel. Menjadi juara Grup membawa Pranci lolos ke babak perempat final yang mengharuskan Platini menghadapi Jerman Barat. Pada perempat, Prancis tampil anti klimaks dengan hanya menyisakan 9 pemain ketika mengakhiri pertandingan dan hasil 4-0 untuk kemenangan Jerman Barat.

Piala Dunia
Total 3 kali Platini tercatat mengikuti turnamen Piala Dunia (1978, 1982, 1986). 

Pada Piala Dunia pertamanya Platini hanya mencetak 1 gol dan gagal meloloskan Prancis ke babak perdelapan final setelah gagal bersaing dengan juara grup Itali dan tuan rumah Argentina yang pada akhirnya memenangi turnamen Piala Dunia 1978.

Di Piala Dunia 1982 Platini dapat menunjukan kelas sebagai pemain bintang. Namun Prancis hanya mampu di bawa Platini hingga semifinal setelah dikalahkan Jerman Barat lewat adu pinalti

Di Piala Dunia 1986, Mexico sekali lagi Platini harus mengakui keunggulan Jerman Barat yang kembali mengalahkan Prancis di semifinal. Platini hanya mampu menempatkan Prancis di Juara ketiga setelah mengalahkan Belgia.

Setelah gagal di Piala Dunia 1986, Platini mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemain sepakbola pada 29 April 198.


Pasca Pensiun
Setelah pensiun sebagai pemain, pada 1 November 1988 Platini ditunjuk mengantikan Henri Michel yang gagal membawa Prancis masuk ke putaran final 1990 di Italia. Sebagai Pelatih baru Timnas Prancis, di targetkan untuk meloloskan Prancis ke putaran final Piala Eropa 1992. Di babak kualifikasi Piala eropa, Prancis di bawah komando Platini tampil tidak terkalahkan selama 8 pertaningan baik kandang maupun tandang. Namun ketika di putaran finalnya, Platini gagal membawa prancis untuk lolos ke babak delapan besar.


Mengenang Legenda Sepakbola "Diego Armando Maradona"

Diego Armando Maradona, Legenda Sepakbola Argentina yang lahir diBuenos Aires, pada 30 Oktober 1960. Maradona dikenal sebagai pemain yang kontroversial baik di dalam maupun di luar lapangan, namun itu semua Ia imbangi dengan sederet prestasi yang membanggakan baik di klub maupun bagi timnas Argentina. Puncak dari prestasinya di dunia sepakbola Maradona dianugrahi gelar pemain terbaik FIFA abad ke-20 (FIFA Player of the 20th Century), versi pilihan masyarakat dunia yang memilihnya pada polling di website FIFA. Maradona meraih 53,6% suara, mengguli Pele yang hanya mendapatkan 18,53% suara. 
Sepanjang perjalanan karir sebagai pesepakbola profesional Maradonna sempat membela beberapa klub : Argentinos Junior, Boca Junior, Barcelona, Napoli, Sevilla, Newell's Old Boys. Di timnas Argentina, Maradonna tercatat 4 kali mengikuti penyelenggaraan FIFA World Cup, salah satunya pada penyelenggaraan World Cup 1986, dimana Maradonna tampil sebagai kapten tim dan memipin Argentina meraih Piala Dunia yang kedua bagi negara tersebut. 


Banyak cerita yang di torehkan Maradona pada Piala Dunia 1986, selain menjadi kapten tim dan menjuarai Piala Dunia 1986, Maradonna juga mencetak 5 gol pada ajang tersebut, yang 2 gol diantaranya akan selalu dikenang oleh para pecinta sepakbola. Dua gol tersebut ia cetak saat timnya menghadapi Inggris. Gol pertama Maradonna cetak ke gawang dengan menggunakan tangan yang luput dari penglihatan wasit (Ali Bin Nasser dari Tunisia). Proses terjadinya gol didahului Maradona yang bersolo rundari tengah lapangan, meliuk-liuk melewati 5 pemain Inggris lalu melepaskan umpan pendek ke Valdano, namun penguasaan bola Valdano tidak sempurna sehingga mudah dihalau oleh pemain Inggris. Sayang, bola halauan pemain belakang inggris tersebut, menuju ke arah Maradonna yang telah berada di hadapan kiper Inggris, Peter Shilton. Peter Shilton bereaksi untuk menghalau bola, namun Maradonna bergerek lebih cepat, sambil melompat, mengangkat tangannya, dan menyentuh bola lambung tersebut dengan tangan ke arah gawang. Berikut video Gol yang dijuluki "Goal Hand's of God" tsb :


 
 
Gol kedua dicetak Maradonna dengan lebih elegant  di banding gol pertamanya yang sangat kontroversial. Gol tercipta dari hasil solo run Maradonna dengan melewati 5 pemain Inggris + kiper Peter Shilton. Gol tersebut pada tahun 2002 terpilih pada voting di website FIFA, sebagai gol terbaik di abad ke 20. Berikut video "The Best Goal of The 20th Century"


Perjalanan Karir
 
Di usia 10 tahun bakat Maradonna ditemukan oleh pencari bakat, yang akhirnya mengajaknya untuk bergabung di klub junior Argentinos Juniors. Setelah banyak belajar mengenai dasar-dasar sepakbola di tim Junior Argentinos Juniors, menjelang ulang tahunnya ke-16, Maradonna menjalani debutnya di tim senior. Bersama Argentinos Juniors Maradonna bermain selama 5 musim (1976-1981) dengan total 167 penampilan dan mencetak 115 goal. Penampilan apik nya di Argentinos Juniors sempat menarik perhatian klub Inggris, Sheffield United yang menawarnya 180.000 euro namun Maradonna lebih memilih untuk bergabung dengan Boca Juniors yang memberi penawaran yang lebih tinggi, 1 juta euro. bersama Boca, Maradonna langsung meraih gelar Juara liga Argentina pertamanya. 28 gol dari 40 kali penampilannya bersama Boca dalam 1 tahun membuat Barcelona (Spanyol) kepincut untuk menggunakan jasanya. Musim 1982-1983, maradonna resmi berseragam Barcelona dengan rekor trasnsfer 5 juta Euro.

Di musim pertamanya bersama Barcelona, Maradonna menjuarai title Copa Del Rey setelah di final mengalahkan rival utama Barca, Real madrid. Dan menjuarai Super Copa Espana dengan mengalahkan Atheletic Bilbao di final. Pada musim keduanya, keadaan menjadi semakin sulit karna sakit hepatitis yang diidapnya dan serangkaian cidera yang di dapat dari bek-bek lawan yang hampir memutuskan karir sepakbolanya. Setelah mendapatkan pengobatan dan menjalani serangkaian terapi akhirnya Maradonna dapat tampil dengan sempurna kebali, namun Barcelona telah terlambat dalam pengejaran juara liga. 

Di akhir musim 1984, Maradonna kembali mendapat tawaran yang menggiurkan. Tawaran tersebut kini datang dari klub Itali, Napoli. Sekali lagi Maradonna membuat rekor transfer, mematahkan rekor atas namanya sendiri yang dihargai Napoli sebesar 6,9 juta euro.

Bersama Napoli Maradonna mencapai puncak karir sepakbolanya, dengan cepat Maradonna menjadi idola para fans Napoli dengan penampilan menawannya bersama klub. MAradonna membawa Napoli menjalani era keemasan klub tersebut dengan meraih 2 kali gelar juara Serie A, Liga Itali (1986-1987, 1989-1990), 2 kali Runner Up Serie-A, Liga Itali (1987-1988, 1988-1989), juara Copa Itali (1987), Juara Piala UEFA (1989), Super Copa Itali (1990). 

Sederet Prestasi yang Maradonna dapatkan selama di Itali berbanding terbalik dengan kehidupan pribadinya. Maradonna di ketahui kecanduan  menggunakan Cocaine akibatnya maradonna sempat di larang tampil selam 15 bulan, Ia pun pernah menghilang saat timnya harus bertanding dan sering absen pada saat latihan. Akibatnya, klub mendendanya US$ 70.000. Sebab dari perilaku buruknya tersebut, diketahui dikarnakan ia Stress karna skandal pribadinya dengan seorang wanita itali yang menghasilkan seorang anak yang lahir di luar pernikahan.

Pada 1991 Maradonna resmmi meninggalkan Napoli. Setelah selesai dari masa skorsing akibat menggunakan obat-obatan terlarang, Maradona sempat bergabung denga Sevilla, Newell Old Boys, dan Boca Junior dengan meraih gelar juara liga argentinanya yang kedua sebelum menutup karir sebagai pemain. 
 

Internasional Karir

Jauh sebelum Maradonna dikenal karna penampilan memukau nya dan berhasil menjadi juara di Piala Dunia 1986, Ia telah menjalani debutnya dengan seragam Argentina di Timnas Junior ketika berusia 16 tahun melawan Hongaria pada 27 Februari 1977. Tahun 1979 Maradonna membawa Argentina menjuarai Piala Dunia Junior (World Youth Championschip) dengan mengalahkan Uni Soviet 3-1 pada partai final. Hingga kini Maradonna tercatat satu-satu pemain sepakbola yang berhasil menjadi Juara Di Piala Dunia Junior dan Piala Dunia Senior.

Piala Dunia 

Maradona mengikuti kejuaraan Piala Dunia pertama kali ketika diselenggarakan di Spanyol, 1982. Sempat dikalahkan oleh Belgia pada pertandingan pertama, Maradonna membawa Argentina untuk bangkit pada pertandingan kedua melawan Hongaria (Maradonna mencetak 2 gol) dan pertandingan ketiga melawan El Savador. Lolos dari babak pertama, Argentina masuk grup berat di babak kedua, ketika berada satu grup bersama Brazil dan Itali. Kalah dari Brazil (1-3) dan Itali (2-1), memaksa Argentina harus angkat koper dari Spanyol.


Di Piala Dunia berikutnya di Mexico, 1986. Maradonna mendominasi turnament tersebut, 1 gol Maradonna cetak ketika ditahan seri Itali di babak penyisihan, di perempat final melawan inggris, Maradonna mencetak 2 gol yang telah disebutkan diatas. Dua gol lagi di cetak di partai semi final melawan Belgia. Di partai final meski tidak mencetak gol. Maradonna tetap tampil memukau menaklukan Jerman Barat 3-2.
Diego Maradona menggenggam Piala Dunia
Di Piala Dunia 1990, Cidera engkle yang baru saja pulih mempengaruhi penampilan Maradonna dan Argentina. Argentina hampir saja gagal lolos setelah hanya menang dari Uni Soviet (2-0), bermain imbang (1-1) dengan Rumania, dan dikalahkan (1-0) oleh Kamerun. Beruntung Argentina termasuk peringkat 3 terbaik dari setiap grup. Di babak berikutnya Agentina menjalani pertandingan hingga babak pinalty setelah hanya imbang 0-0 dengan Yugoslavia dan 1-1 dengan tuan rumah Italia. Lolos ke babak final Argentina mengahadapi Jerman Barat. Di babak final Argentina dikalahkan oleh sebuah gol tendangan pinalti kontroversial yang dicetak Andreas Brehme. 

Pial Dunia 1994 USA, merupakan keiikutsertaan terakhir MAradonna di turnament tersebut. Sempat mencetak gol ketika melawan Yunani, Maradonna hanya diperkenankan mengikuti 2 laga awal, setelah Ia gagal melewati tes doping. Maradona dipulangkan lebih dahulu dan tim Argentina berikutnya setelah gagal pada babak 16 besar dikalahkan Rumania (3-2)


Selepas Pensiun

Selepas pensiun dari sepakbola, Maradonna lebih banyak kegiatan di luar sepakbola, mengikuti acara di Tv, acara amal, dll. Namun kebiasaan buruk mengkonsumsi kokain belum lepas dari hidup nya. Pada tanggal 18 April 2004, Maradonna diberitakan over dosis, bahkan dikabarkan Ia sempat koma. Hingga 2007, Maradonna menjalani terapi dan rehabilitasi untuk kesembuhannya. Pada 29 Maret 2007, Maradonna mengumumkan bahwa dirinya telah terbebas dari obat-obatan terlarang


Melatih Timnas

Pada 29 Oktober 2008, AFA (Persatuan Sepakbola Argentina) secara mengejutkan mengumumkan MAradona menjadi pelatih timnas Argentina mengantikan Alfilo Basille yang mengundurkan diri. Seperti diketahui Maradonna memang sempat melatih di 2 klub, Madinyu of Corrientes (1994) dan Racing Club (1995), namun dengan prestasi yang buruk. Maradonna mengalahkan calon lain seperti : Diego Simeone, Carlos Bianchi, Miguel Angel Russo, dan Sergio Batista yang mempunyai prestasi kepelatihan lebih baik.

Debutnya bersama timnas pada 19 November 2008 berlangsung sukses dengan mengalahkan Skotlandia 1-0. Pada babak kualifikasi Piala Dunia 2010, Maradonna menjalani masa sulit karna hingga pertandingan menyisakan 2 pertandingan, Argentina masih berada di posisi 5. Dimana, bila hingga akhir kualifikasi Argentina berada di posisi tersebut, Argentina harus menjalani satu pertandingan play off melawan wakil oceania. Untuk bisa lolos langsung Argentina harus memenangi 2 pertandingan sisa, melawan Peru dan tuan rumah Uruguay. Ketegangan tersebut behasil dilewat Maradonna dengan gemilang, dengan mengalahkan Peru (2-1) dam Uruguay (1-0) yang membuat Argentina lolos otomatis ke babak final Piala Dunia 2010, di Jerman.

Setelah lolos kualifikasi Maradonna meluapkan emosinya dengan kata-kata yang tidak sopan saat jumpa pers, yang membuatnya di skorsing FIFA tidak boleh mengikuti pertandingan yang dijalani Argentina. 


Di Piala Dunia 2010, Maradonna membawa Argentina tampil sempurna di babak pertama dengan mengalahkan Nigeria (1-0), Korea Selatan (4-1), dan Yunani (2-0). Di babak 16 besar Maradonna kembali membawa Argentina tampil gemilang dengan mengalahkan Mexico (3-1). Sayang pada babak berikutnya Argentina harus bertemu musuh bebuyutannya Jerman dan tampil anti klimaks. Argentina dikalahkan Jerman (4-0).

Setelah gagal di Piala Dunia 2010, Maradonna sempat dijanjikan oleh Presiden AFA Julio Grondona untuk kembali melatih Timnas Argentina hingga Piala Dunia berikutnya, 2014 di Brazil. Namun Maradonna mengeluarkan statment kepada pers bahwa : "Grondona telah membohongi publik, ia memintaku kembali melatih timnas namun Grondona memberikan syarat untuk tidak lagi memakai 7 asisten pelatihku". Sambung Maradonna " Itu sama saja Ia mengusirku secara halus ".
Setelah jasanya tidak dipakai lagi oleh timnas Argentina, Maradonna sempat menganggur. Banyak klub menawarkan pekerjaan sebagai pelatih kepadanya. Namun pilihan jatuh pada Al Wash, sebuah klub di liga Qatar. Hingga kini Maradona melatih tim Al Wash di liga Qatar.

Diego Maradona
Data Lengkap 'Maradona' : 
  • Nama Lengkap : Diego Armando Maradona
  • Tempat/ Tgl Lahir : Lanus, Argentina / 30 Oktober 1960
  • Posisi : Attacking Midfielder / Second Striker
  • Karir Klub : Argentinos Junior (1976-1981, 167 tampil, 115 gol), Boca Junior (1981-1982, 40tampil, 28 gol), Barcelona (1982-1984, 36 tampil, 22 gol), Napoli (1984-1991, 188 tampil, 81 gol), Sevilla (1992-1993, 26 tampil, 5 gol), Newell's Old Boys (1993-1994, 7 tampil, 0 gol), Boca Juniors (1995-1997, 30 tampil, 7 gol)
  • Karir Timnas : 1977-1994 (91 tampil, 34 gol)
  • Prestasi Tim : Primera Division (1981), Copa Del Rey (1983), Copa De La Liga (1983), Spanish Super Cup (1983), Serie-A (1987-1990), Copa Itali (1987), UEFA Cup (1989), Italian Super Cup (1990), FIFA World Youth Championship (1979), FIFA World Cup (1986), Runner-Up FIFA World Cup (1990)
  • Prestasi Pribadi : Golden Ball for Best Player of the FIFA U-20 World Cup (1979), Argentine League Top Scorer (1979, 1980, 1981), Argentine Football Writers' Footballer of the Year (1979, 1980, 1981, 1986), South American Footballer of the Year versi El Mundo, Caracas (1979, 1986, 1989, 1990, 1992), Italian Guerin d'Oro (1985), Argentine Sports Writers' Sportsman of the Year (1986), Golden Ball for Best Player of the FIFA World Cup (1986), Best Footballer in the World Onze d'Or (1986, 1987), World Player of the Year versi World Soccer Magazines (1986), Capocannonieri Serie-A /top scorer (1987-88), Golden Ball for services to football versi France Football (1996), Argentine Sports Writers' Sportsman of the Century (1999), "FIFA Goal Of The Century", 1986 (2–1) vs. England; second goal (2002), Argentine Senate "Domingo Faustino Sarmiento" recognition for lifetime achievement.

Mengenang Legenda Sepakbola George Best

George Best adalah seorang legenda sepakbola dari Irlandia Utara (Northern Irrish). George Best  lahir pada 22 mei 1946 (di Belfast) dan wafat pada 25 November 2005 pada usia 59 tahun. Pemain sepakbola berposisi sebagai winger ini lebih di kenal sebagai legendanya tim inggris, Manchester United. Selama 13 tahun mengabdi di Manchester United,George Best  tercatat telah mencetak gol sebanyak 179 kali dari 470 pertandingan yang ia mainkan. Catatan gol tersebut adalah bukti George Best merupakan pemain tengah yang tajam dalam hal mencetak gol. Puncak karir nya ia gapai ketika tahun 1968 mengantarkan Manchester United menjadi juara Eropa ( Piala Champions ) untuk pertama kalinya. Prestasi tersebut menghantarkan dirinya meraih gelar pemain terbaik eropa ( European Footballer of The Year) dan FWA Footballer of The Year (Football Writers Association Footballer of The Year).

George Best dikenal sebagai pesepakbola  yang tampan, bergaya hidup layaknya celebritis, bergonta-ganti pasangan, dan pencandu minuman berakohol. Sempat menikah dua kali dengan model cantik dan terkenal di inggris : Alex Best dan Angie Best.


Karir Sepakbola Profesional
Bakat George Best pertama kali ditemukan oleh pencari bakat tim Manchester United, Bob Bishop ketika ia masih berusia 15 tahun. Pencari bakat tersebut merekomendasikan George Best pada Matt Busby, pelatih legendaris Manchester United. Setelah mengikti tes awal,George Best dinyatakan lulus untuk masuk ke tim junior Manchester United. Hanya 2 tahun di tim junior George Best di promosikan ke tim utama dan menjalani debutnya pada 14 September 1963 melawan West Bromwich Albion di Old Traford dengan skor akhir 1-0 untuk kemenangan Manchester United. Di musim pertamanya di tim utama Manchester United, George Best hanya mampu membawa membawa tim nya ke posisi dua klasemen akhir liga inggris dan mencapai semifinal Piala FA, dengan 26 kali pertandingan dan 6 gol.

George Best terus berkembang bersama Manchester United, di tahun keduanya George Bestberhasil membawa Manchester United menjadi juara Liga utama inggris.

Di tahun berikutnya George Best mulai menjadi buah bibir di eropa, usai mencetak dua gol ke gawang Benfica di semi final Piala Champions, hebattnya kedua gol tersebut di cetaknya di kandang lawan, Estadio da Luz pada 9 Maret 1966. Namun pada tahun tersebut George Besttidak berhasil mempersembahkan gelar kepada MU.

Musim 1967-68 merupakan puncak karir bagi George Best yang juga pencapaian tertinggi MU saat itu. George Best bersama rekannya Bobby Charlton yang juga legenda MU, mengantarkan MU menjuarai Liga dan menjuarai Piala antar klub Eropa ( Piala Champions ). Penampilan memukaunya sepanjang musim tersebut dengan koleksi 32 gol dari 55 pertandingan berbutut gelar Ballon d'Or pada 1968.

Namun selepas tahun itu, karir George Best terus menurun. Tak ada lagi gelar juara yang ia berikan bagi MU hingga ia pindah ke klub lain pada tahun 1974.

Sejak keluar dari Old Traford, George Best berpidah-pindah klub : dari Africa Selatan ( Stockport County ), Irlandia Utara ( Cork Celtic ), America (Los Angels Aztecs, Fort Lauderdale Strikers, San Jose Earthquake ), kembali lagi ke Inggris bersama Fulham, Skotlandia ( Hibernian ), dan mengakhiri karir nya di divisi 3.


Karir Timnas
George Best tercatat hanya mencetak 9 gol dari 37 kali membela timnas Irlandia Utara. Selama karirnya bersama timnas, George Best tidak pernah berhasil membawa Irlandia Utara ke kompetisi Piala Dunia. Ketika Penyelenggaraan Piala Dunia 1982 di Spanyol. Irlandia Utara memang sempat lolos ke putaran final Piala Dunia bahkan sempat menjadi juara grup pada babak penyisihan grup pertama, namun pada saat itu George Best tidak dibawa oleh pelatih timnas Irlandia Utara, Billy Bingham dikarnakan pertimbangan usia George Best yang telah 36 tahun dan fisik dan skillnya yang telah memudar dikarnakan pengaruh minuman keras.


Setelah Lepas dari sepakbola
Setelah lepas dari kehidupan sepakbola George Best, tidak mencari peruntungan lain di dunia sepakbola. George Best lebih sering menjadi santapan lezat para pencari berita yang mengkomersilkan kehidupan pribadinya.

George Best tidak pernah lepas dari pengaruh minuman keras, bahkan tercatat Polisi beberapa kali menangkapnya karna kedapatan menyetir dalam keadaan mabuk. George Best pernah terlibat masalah dikarnakan mencuri uang seseorang yang uangnya digunakan untuk membuli minuman keras (sumber : wikipedia ). Kecanduannya terhadap alkohol menyebabkan hatinya rusak dan sempat melakukan transplantasi hati pada 2002. Namun George Best tidak pernah kapok, Ia terus sering melakukan kebiasaan buruknya mengkonsumsi alkohol.

Pada 27 Oktober 2005 George Best wafat di RS Cromwell di London pada usia 59 tahun, setelah dokter mendiagnosa dirinya gagal ginjal. Salah satu penyebabnya adalah karna kebiasaannya mengkonsumsi alkohol

Kepergian George Best meninggalkan banyak kenangan terutama bagi Manchester United. FA (Federasi Sepakbola Inggris) memberikan penghormatan dengan melakukan 1 menit kesunyian sebelum pertandingan di semua pertandingan Liga Inggris pada selama seminggu ketika George Best meninggal dan tepukan tangan selama beberapa menit untuk menghormati jasanya.

Nama George Best kini tercatat sebagai nama bandara di kota kelahirannya, Belfast, Irlandia Utara. Hal tersebut di prakarsai oleh pemerintah kota Belfast. Dan dari hasil polling masyarakat sebanyak 52% setuju mengabadikan namanya, pada nama bandara, George Best Belfast City Airport. 


George Best

Stamina Tim Spanyol Menurun

(AFP/Lluis Gene)
PIALA KONFEDERASI~Meski tampil sangat dominan, Spanyol hanya memetik kemenangan2-1 atas Uruguay di laga perdana Piala Konfederasi 2013. Vicente del Bosque menyebut stamina timnya menurun jelang akhir laga.

Dalam pertandingan di Arena Pernambuco, Recife, Senin (17/6/2013) pagi WIB, Spanyol begitu dominan atas Uruguay. Soccernet mencatat penguasaan bola Andres Iniesta dkk. mencapai 75%.

Spanyol pun tampil lebih agresif dengan melepaskan 17 tembakan dengan enam di antaranya yang on target. Sementara Uruguay cuma melakukan empat kali tembakan dan hanya dua yang mengarah ke gawang.

Spanyol mengawali laga dengan sangat baik setelah unggul 2-0 hingga babak pertama berakhir. Gagal memaksimalkan peluang di babak kedua, Spanyol justru kebobolan di menit ke-88 lewat tendangan bebas Luis Suarez.

Del Bosque mengakui bahwa Spanyol mengalami kelelahan menjelang berakhirnya pertandingan. Meski demikian, Del Bosque tetap mensyukuri tiga poin yang dipetik oleh La Furia Roja.

"Kami sangat kelelahan jelang akhir laga. Ketika Anda bermain di suhu seperti ini, adalah hal yang normal jika itu terjadi," ujar Del Bosque seperti dikutip Reuters.

"Kami bermain sangat bagus di babak pertama dan saya pikir demikian juga di babak kedua tapi kami sedikit kesulitan di akhir."

"Ini adalah tiga poin yang sangat bagus yang menempatkan kami dalam posisi yang sangat baik untuk lolos ke semifinal," katanya menambahkan.

Kemenangan ini menempatkan Spanyol di puncak klasemen Grup B dengan tiga poin. Spanyol punya kans besar untuk lolos ke semifinal sebab di laga selanjutnya mereka akan menghadapi Tahiti, Jumat (21/6/2013) dinihari WIB.

Fokus ke Tahiti, BONUS Nomor 2

AFP/Eitan Abramovich
PIALA KONFEDERASI - Perkara bonus pemain yang sempat mengancam keikutsertaan Nigeria di Piala Konfederasi 2013 ternyata belum beres sepenuhnya. Tetapi skuat Nigeria menganggapnya "beres untuk sementara" agar bisa fokus sepenuhnya.

Para pemain Nigeria awalnya sempat dijanjikan bonus sebesar 10 ribu dolar AS (sekitar Rp 98.6 juta) untuk setiap kemenangan di turnamen itu, dan 5 ribu dolar AS (sekitar 49.3 juta) untuk setiap hasil seri.

Namun demikian, sebelum skuat Nigeria hendak berangkat ke Brasil, Federasi Sepakbola Nigeria (NFA) justru menyatakan bahwa mereka tidak mampu memberikan bonus dengan jumlah tersebut sehingga akan memotongnya separuh dari rencana awal.

Hal ini rupanya bikin skuat Nigeria kecewa. Para pemain 'Elang Super' kemudian dikabarkan sempat menolak untuk meninggalkan hotel mereka di Windhoek, Namibia, di mana pekan lalu mereka berimbang lawan Namibia dalam partai kualifikasi Piala Dunia. Keikutsertaan Nigeria di Piala Konfederasi pun sempat jadi tanda tanya.

Hari Jumat (14/6/2013) lalu, Sekjen FIFA Jerome Valcke menjelaskan bahwa perkara bonus itu sudah beres. Nigeria pun pada prosesnya tiba di Brasil keesokan harinya, Minggu (15/6).

Menjelang pertandingan pertamanya di Piala Konfederasi, lawan Tahiti, Senin (17/6), kapten Nigeria Victor Enyeama mengungkap bahwa masalah bonus itu sebenarnya belum beres sepenuhnya.

"Perkara tersebut, yang sepertinya sudah beres pada hari Jumat, baru selesai untuk 'saat ini' saja," tegas Enyeama di Reuters.

"Saya sebenarnya tidak mau membicarakan masalah ini, hal itu seharusnya tidak sampai ke pers dan saya tidak mau mengelaborasinya," lanjut sang kapten yang duduk di samping pelatih Stephen Keshi dalam konperensi pers.

Enyeama menegaskan bahwa perkara bonus tersebut akan ditepikan untuk sementara waktu, karena mereka mau fokus sepenuhnya ke Piala Konfederasi, dan juga pertandingan lawan Tahiti secara khusus.

"Dalam empat hari terakhir hal ini sudah muncul dan kami tidak mau menguras energi untuk hal itu. Semua sudah selesai, untuk saat ini telah tuntas, tapi setelah turnamen kami akan membahasnya lagi. Namun, untuk saat ini sudah beres dan kami akan berkonsentrasi ke pertandingan lawan Tahiti," tegasnya.

Terkait bonus, pelatih Keshi menolak mengkritik para pemainnya atas tindakan mereka di Namibia lalu. Tetapi untuk sementara, ia juga enggan membahas masalah bonus itu karena kini sedang mempersiapkan timnya sebaik mungkin untuk laga lawan Tahiti.

"Saya sedikit risau dengan kelelahan pemain, tapi saya tidak kesal dengan para pemain. Itu tergantung kepada sudut pandang Anda dalam situasi ini."

"Tapi untuk saat ini saya bangga berada di sini, bangga bisa memimpin negara saya dalam sebuah turnamen yang amat penting, dan bangga bisa mewakili Afrika," ujar Keshi.

Di Piala Konfederasi, Nigeria menghuni Grup B bersama Spanyol, Uruguay, dan Tahiti.

Iker Casillas Tetap Kapten Tim Spanyol

Iker Casillas
PIALA KONFEDERASI~ Setelah "dibekukan" Jose Mourinho, Iker Casillas kembali tampil di laga kompetitif. Sang kapten pun lega di penampilan penuh pertamanya berakhir dengan kemenangan Spanyol atas Uruguay 2-1.

Akibat konfliknya dengan Mourinho, Casillas ditepikan ke bangku cadangan sejak sembuh dari cedera tangan pada April lalu. Tempatnya di ambil alih oleh Diego Lopez, yang memang tampil bagus di bawah mistar gawang.

"Mimpi buruk" Casillas akhirnya berakhir setelah Mourinho resmi meninggalkan Real Madrid di musim lalu. Meski begitu, posisi dia sebagai kiper nomor satu Spanyol di Piala Konfederasi sempat diragukan karena sudah sangat lama absen.

Di laga ujicoba terakhir Spanyol melawan Republik Irlandia, Casillas cuma jadi pengganti Victor Valdes di babak kedua. Meski begitu, faktanya Casillas masih mendapat kepercayaan Vicente del Bosque dan siap membayarnya dengan performa bagus.

"Aku masuk di turnamen ini dengan jalan yang berbeda. Ketika Anda tidak bermain selama beberapa lama maka terasa berbeda dengan teman-teman lainnya yang bermain reguler," ucap Casillas di Marca.

"Sangat penting bermain di banyak pertandingan karena Anda akan merasa nyaman. Aku sempat gugup sebelum pertandingan karena aku sudah lama tidak bermain dan semua orang akan menyorot Anda. Tapi aku senang akhirnya semua berakhir dengan baik."

"Selama itu aku sudah terbiasa tidak dimasukkan di starting XI Real Madrid. Aku ingin mengambil keuntungan untuk membuktikan diriku kepada pelatih dan rekan-rekanku," tekad dia.

Waspadai Striker Maut di Piala Konfederasi 2013

Di Piala Konfederasi 2013, bukan cuma ada delapan tim yang sedang memperebutkan gelar juara. Juga ada sejumlah pemain yang akan berusaha unjuk gigi untuk menyabet gelar pemain paling tajam.

Dari tanggal 15 - 30 Juni ini Brasil menjadi tuan rumah gelaran Piala Konfederasi, yang juga dilabeli ajang pemanasan sebelum gelaran Piala Dunia di tempat yang sama tahun depan.

Total ada delapan tim tampil, yakni Brasil sang tuan rumah sekaligus juara bertahan dan tim tersukses di Piala Konfederasi dengan tiga gelar juara, Italia, Meksiko, Jepang, Spanyol, Tahiti, Nigeria, dan Uruguay.

Menilik nama-nama negara tersebut, sederet pemain top dunia pun juga akan berusaha memamerkan performa terbaiknya. Berikut lima pemain yang digadang-gadang memperebutkan titel topskorer Piala Konfederasi 2013, karena langsung bisa bikin gol.

INILAH TOPSKOR SEMENTARA EURO U-21 2013

Alvaro Morata.
EURO U-21 – Spanyol berpeluang memborong dua gelar di turnamen Euro U-21 musim ini. Selain bisa keluar sebagai juara, penyerang muda Alvaro Morata, kemungkinan bisa meneruskan kejayaan dengan menjadi topskor di turnamen U-21 musim ini.
 
Kesuburan penyerang muda Real Madrid ini memang tidak perlu dipertanyakan. Bersama La Rojita, Morata berhasil mencetak gol di setiap pertandingan dan terakhir, penyerang 20 tahun itu ikut menyumbang gol saat Spanyol membungkam Norwegia 3-0 di babak semifinal.
 
Diberitakan situs UEFA, Senin (17/6/2013), saat ini Morata unggul dua gol dari lima pesaingnya di turnamen Euro U-21 musim ini, termasuk rekan senegaranya Isco yang mencetak dua gol di turnamen.
 
Isco dan Manolo Gabbiadini dari Italia, adalah dua pemain tersisa yang berpeluang untuk menyaingi gol dari Morata. Dua pesaingnya, Leroy Fer dan Georginio Wijnaldum sudah kandas setelah Belanda disingkirkan oleh Italia di babak semifinal.
 
Daftar topskor:
4 – Álvaro Morata (Spanyol)
2 – Leroy Fer (Belanda)
2 – Manolo Gabbiadini (Italia)
2 – Sebastian Rudy (Jerman)
2 – Georginio Wijnaldum (Belanda)
2 – Isco (Spanyol)

NANI MASIH GALAU TENTANG MASA DEPANNYA DI MU

Luis Nani, masa depannya di Old Trafford masih belum jelas
LIGA INGGRIS – Kehilangan tempat di skuad utama Manchester United akibat penampilannya yang ‘angin-anginan’, membuat nama winger Setan Merah, Luis Nani menjadi kandidat kuat sebagai pemain yang akan dilego di lantai bursa musim panas mendatang.
 
Pos sayap kiri yang biasa menjadi langganannya kini lebih sering ditempati oleh pemain lain seperti Ashley Young, Shinji Kagawa, dan Danny Welbeck. Namun kabar akan dilepasnya pemain asal Portugal ini belum 100 persen terjadi, karena sang pemain yang bersangkutan pun belum bisa mengambil keputusan.
 
Klub-klub besar seperti Galatasaray, AS Monaco, dan Juventus telah tertarik untuk membajak sang pemain dari Old Trafford.
 
“Masa depan saya? belum ada yang pasti. Tapi saya tenang menghadapi ini semua. Sata sadar semua keputusan berada di tangan saya,” kata Nani, seperti dikutip Sky Sport, Senin (17/6/2013).

”Saya tidak mengatakan bahwa saya tidak akan bertahan di Manchester United. Tapi satu hal yang pasti, saya akan memutuskan semua yang terbaik bagi karier saya,” imbuhnya.
 
Pemain bernama lengkap Luis Carlos Almeida da Cunha ini ternyata juga ditaksir oleh klub asal negaranya, Portugal seperti Benfica dan Porto. Namun sepertinya dia belum tertarik untuk bermain di liga kampung halamannya sendiri.
 
“Saya memiliki rasa hormat untuk klub Portugis, terutama Sporting Lisbon dan juga Benfica dan Porto, tapi saya tidak berpikir ke sana karena saya pikir tingkat saya saat ini berbeda,” tegasnya.

SEMOGA KONGRES DI SURABAYA TAK RICUH

Djohar Arifin di KLB PSSI.
LIGA INDONESIA PSSI - Sebanyak 80 persen pemilik hak suara telah hadir di Kongres PSSI 2013 di Hotel Shangril-La, Jalan Mayjend Sungkono, Surabaya. Hingga Minggu (16/6/2013) panpel Kongres PSSI mencatat sudah 85 Voters yang terdaftar.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 31 di antaranya adalah voters dari Pengprov PSSI. Mereka adalah Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DIY, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kep. Riau, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Teggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Utara (Dua voters). 

PSSI juga mengundang dua perwakilan dari Sumatera Utara, karena Pengprov Sumatera Utara memang sedang mengalami masalah organisasional. Sehigga, total undangan untuk Pengprov berjumlah 34 voters. Dan, hingga pukul 23.00 WIB, masih ada tiga voters dari Pengprov yang belum hadir. 

Sedangkan voters dari klub yang tercatat hingga pukul 23.00 WIB ada 54, yakni Barito Putera, Bontang FC, Deltras Sidoarjo, Gresik Putra, ISP Purworejo, KSB Sumbawa Barat, Madiun Putra FC, Martapura FC, Mitra Kukar, Pelita Bandung Raya, Persal Aceh Selatan, Persap Purbalingga, Persbul Buol, Perseka Kaimana, Persekat Katingan, Perseman Manokwari, Persenga Nganjuk, Persepam Pamekasan, Persepar Palangkaraya, Persewangi Banyuwangi, Persib Bandung, Persiba Balikpapan.

Persiba Bantul, Persibolmut, Persid Jember, Persidafon Dafonsoro, Persigo Gorontalo, Persiks Teluk Kuantan, Persip Kota Pekalongan, Persipasi Bekasi, Persipura Jayapura, Persiraja Banda Aceh, Persiram Raja Ampat, Persisam Samarinda, Persisum, Persita Tangerang, Persitema Temanggung, Persiwa Wamena, Perssin Sinjai, PS Bungo, PS Penajam Paser Utara, PS Pidie Jaya, PS TGM Medan, PSAP Sigli, PSBK Blitar, PSBL Langsa, PSBS Biak, PSGL Gayo Lues, PSIM, PSMS Medan, PSMS Medan, PSPS Pekanbaru, Semen Padang FC, Villa 2000. 

Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, berharap Kongres PSSI 2013 ini akan berjalan lancar dan kondusif. “Saya berharap kongres ini bisa berjalan lancar dan kondusif. Tidak ada lagi ricuh atau perseteruan seperti yang kemarin-kemarin, karena kita sudah lelah dengan perselisihan. Semoga kedepannya PSSI semakin kondusif,” kata Djohar dalam keterangan persnya kepada Okezone, Senin (17/6/2013). 

Kongres ini juga akan dihadiri perwakilan dari FIFA, Marco Leal (Manager Member Association), dan Jeysing Muthiah (FIFA DOKL), serta perwakilan AFC, Sanjeevan Balasingam (Director of Member Association). Menteri Pemuda dan olah raga Roy Suryo juga dijadwalkan akan hadir. 

Beberapa agenda dalam Kongres ini, di antaranya adalah Laporan Ketua Umum PSSI dan Komite Eksekutif PSSI serta laporan Administrasi PSSI 2012/2013, Financial Matters dan Penunjukan Auditor Eksternal untuk Tahun 2013/2014, Laporan Kegiatan Komite Tetap PSSI, Progress Report Kompetisi, Progress Report Tim Nasional, Pembentukan Komite Pemilihan PSSI dan Pembentukan Komite Banding Pemilihan PSSI, Indonesia Milenium Footballl Development Endorsement, Registrasi & Penetapan ulang anggota PSSI, Reformasi Liga Amatir dan Asosiasi PSSI Provinsi, dan Pengesahan Program dan Anggaran PSSI 2013/2014